Harga Emas Antam 14 Juni: Lagi Diobral Nih... Turun Ceban!
Jakarta, CNBC Indonesia - Melansir data dari situs resmi milik PT Antam, logammulia.com, harga emas batangan anjlok Rp 10.000 per gram menjadi Rp 986.000 pada perdagangan Senin (13/6/2022).
Harga buyback (harga yang digunakan ketika menjual emas kembali) ikut merosot Rp 18.000 per gram menjadi Rp 860.000/gram.
"Harga jual kembali adalah sama untuk semua pecahan dan tahun produksi. Untuk transaksi buyback silakan menghubungi Butik Emas LM terdekat dengan jam layanan pada hari kerja Senin-Jumat. Pembayaran dilakukan secara transfer pada H+2 s/d H+3 (hari kerja). Jika kemasan rusak atau hilang dikenakan potongan sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku," jelas keterangan di situs Antam.
Harga emas Antam dipengaruhi oleh harga emas dunia yang anjlok pada perdagangan kemarin. Pada perdagangan Senin (13/6/2022) harga emas dunia di pasar spot tercatat US$ 1.818,74/troy ons, anjlok 2,79% dibandingkan dengan harga penutupan hari sebelumnya.
Emas dunia tertekan oleh indeks dolar (yang mengukur greenback dengan enam mata uang utama lainnya) yang mencapai puncak dalam 20 tahun.
Tingginya dolar didukung oleh kekhawatiran perlambatan ekonomi global dan ekspektasi kenaikan suku bunga yang lebih agresif oleh bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed).
Tingginya dolar membuat emas yang dihargai dengan greenback menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
"Tidak ada perdagangan aman di mana pun, jadi emas akan dilikuidasi. Ada koreksi besar-besaran yang terjadi, dan ketika volatilitas menjadi setinggi itu, Anda tidak dapat menemukan keamanan atau kenyamanan di mana pun," kata Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago.
Data inflasi yang lebih panas dari perkiraan membuat para pedagang melihat kemungkinan suku bunga The Fed akan naik 75 basis poin dalam pertemuan The Fed minggu ini.
"Pelepasan cepat dalam emas menyoroti tarik-menarik saat ini antara pendorong harganya, dengan inflasi yang kuat diimbangi oleh taruhan untuk respons kebijakan yang agresif," kata JP Morgan dalam sebuah catatan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/vap)