Ga Bosan Hidup Boros? Mending Nabung Saham Bos

Dwitya Putra, CNBC Indonesia
21 April 2022 17:30
Pengunjung melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 12 Maret 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5,01% ke 4.895,75. Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dihentikan sementara (trading halt) setelah  Harga tersebut ke 4.895,75 terjadi pada pukul 15.33 WIB.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: IHSG Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hidup di era perkembangan teknologi memang membuat segala hal terasa lebih mudah, termasuk untuk memperoleh informasi. Bermodalkan gadget yang bisa dibawa kemana-mana dan kuota internet, Anda sudah bisa browsing dan bebas melakukan berbagai aktivitas di dunia maya, termasuk berbelanja.

Namun tanpa Anda sadari, ternyata berbagai kemudahan tersebut membuat Anda jadi lebih konsumtif. Kemudahan mendapatkan informasi seringkali membuat keputusan untuk mengeluarkan uang tanpa memperhitungkan pendapatan, padahal belum tentu juga membutuhkan barang tersebut.

Daripada hidup boros dan konsumtif untuk membeli barang yang tidak terlalu mendesak, ada baiknya gunakan uang yang lebih bermanfaat untuk investasi, salah satunya saham. Namun perlu diingat, setiap investasi tentunya memiliki risiko. 

Semakin tinggi risiko dalam sebuah investasi, maka imbal hasil yang diberikan lebih tinggi. Oleh sebab itu, untuk berinvestasi di saham, ada baiknya menggunakan uang 'dingin' atau bukan uang dari berutang atau dengan kata lain menggunakan uang yang benar-benar dialokasikan untuk investasi. 

"Keep in mind high risk high return. Uang untuk investasi adalah uang dingin, meaning uang yang memang dialokasikan untuk investasi, bukan uang operasional sehari hari," kata Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan, Kristianti Puji Rahayu belum lama ini.

Lalu apa keuntungan investasi di saham? Ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham. 

1. Dividen

Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan atau laba yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham. 

Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode di mana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen.

Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai. Ini artinya, kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham. Selain itu, dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.

2. Capital Gain

Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.

Misalnya Investor membeli saham ABC dengan harga per saham Rp1.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp1.500 per saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp500 untuk setiap saham yang dijualnya.

Sementara untuk risiko di saham ada:

1. Capital Loss

Merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham ABC yang di beli dengan harga Rp1.000 per saham, kemudian harga saham tersebut terus mengalami penurunan hingga mencapai Rp800, per saham. Karena takut harga saham tersebut akan terus turun, investor menjual pada harga Rp800 tersebut, sehingga investor mengalami kerugian sebesar Rp200, per saham. 

2. Risiko Likuidasi

Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan.

Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham.

Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang terberat dari pemegang saham.

Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan.

Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga-harga saham mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan.

Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Dengan kata lain harga saham terbentuk oleh supply and demand atas saham tersebut. Supply and demand tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan industri di mana perusahaan tersebut bergerak). Maupun faktor yang sifatnya makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan faktor-faktor non ekonomi seperti kondisi sosial dan politik, dan faktor lainnya. 

Adapun hal-hal yang harus dilakukan buat para pemula untuk membeli saham, pertama tentukan perusahaan sekuritas, untuk membuka rekening dana nasabah. Lalu pilih saham yang akan dibeli menggunakan aplikasi trading sekuritas dan pantau pergerakan pasarnya secara berkala. 


(bul/bul)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investasi Saham Gak Melulu Cuan, Ada Risikonya Juga!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular