Gaji Rp 5 Juta Mau Investasi Reksa Dana, Ini Kuncinya!
Jakarta, CNBC Indonesia - Reksa dana menjadi salah satu instrumen investasi pilihan untuk mewujudkan tujuan keuangan. Instrumen yang satu ini pun disebut cocok bagi pemula karena telah diracik secara apik oleh manajer investasi yang berpengalaman.
Apalagi, perkembangan teknologi semakin memudahkan masyarakat untuk berinvestasi reksa dana secara digital. Dengan begitu, tidak ada alasan lagi bagi investor "lupa" berinvestasi secara rutin.
Head of Marketing Bank Jago Andy Djiwandono menyebutkan salah satu kemudahan yang kini hadir di tengah masyarakat adalah fitur autodebit, sehingga tidak ada lagi alasan lupa untuk berinvestasi. Salah satunya fitur kolaborasi dengan Bibit.
Bank Jago menurutnya terus berinovasi untuk mengatasi persoalan sehari-hari yang sering dihadapi nasabah bank serta investor ritel di Indonesia. Andy juga membagi tips agar dengan gaji Rp 5 juta sudah bisa berinvestasi di Reksa Dana. Misalnya, agar tidak merasa berat karena biasanya disarankan 30% dari penghasilan dialokasikan untuk investasi.
Menurut dia, tidak ada salahnya untuk melakukan investasi mingguan atau harian, selama dilakukan secara rutin.
"Ada orang yang merasa berat kalau langsung mengeluarkan sebulan sekali, jadi bisa diatur untuk mingguan, maupun harian, jelas Andy dalam Literasi Investasi Bank Jago bertajuk "Jago Investasi dengan Reksa Dana" di Jakarta, Jumat (3/12/2021).
Nasabah juga akan mudah saat ini berinvestasi reksa dana dengan kolaborasi Bank Jago dengan Bibit. Sehingga tidak perlu berpindah aplikasi sama sekali. Bukan hanya itu, untuk fitur auto debet juga lebih mudah, dan akan mendapat notifikasi yang akan berguna. Ke depannya, Andy mengatakan akan terus melengkapi fitur-fitur lain yang terintegrasi untuk menghadirkan kenyamanan bagi nasabahnya.
Selain autodebit, Bank Jago juga berkolaborasi dengan beberapa pakar keuangan dalam bentuk diskusi dan riset untuk membuat program yang aplikatif dan kolaboratif. Dari riset tersebut, ditemukan bahwa isu-isu finansial yang dihadapi masyarakat Indonesia yakni generasi sandwich yang memiliki tanggungan di luar dirinya, kontrol keuangan yang kurang, serta literasi keuangan yang rendah.
Contohnya, fitur Kantong di aplikasi Jago, fitur ini didukung dengan kolaborasi Bank Jago dengan berbagai aplikasi digital lain seperti Bibit dan Gojek, yang akan memaksimalkan pengguna memiliki kondisi finansial yang lebih sehat.
Dalam kesempatan yang sama, Financial Coach/Financial Advisor Philip Mulyana juga sepakat kalau dalam berinvestasi perlu tahu soal profil risiko. Idealnya porsi menabung dan berinvestasi adalah 30%, namun kebanyakan orang cukup berat untuk melakukannya.
"Jangankan 30%, 1,2, dan 3% saja sudah merasa berat. Karena itu tidak perlu menunggu ideal, langsung coba saja, misal reksa dana dan berkomitmen, kalau merasa tidak bisa berkomitmen makan langsung auto debet, seperti yang bisa dilakukan di Bank Jago dengan Bibit.id," ungkap Philip.
Selain itu, Philip juga mengingatkan tidak ada kata terlambat dalam berinvestasi. Menurutnya, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Namun, dimulai dari usia berapa pun harus tahu dahulu tujuan investasinya apa.
"Tahu tujuannya apa, baru bisa tahu juga profil risiko yang mana, apakah lebih konservatif, atau justru bisa agresif," kata Philip.
Mengenai investasi digital, Philip menjelaskan untuk tidak menunggu sukses terlebih dahulu. Menurutnya, itu adalah pemikiran yang salah.
"Lebih bagus start small dulu karena komitmen itu prosesnya bertahun-tahun. Makannya kita butuh feature dan tools untuk membantu kita," pungkas Philip.
(rah/rah)