
Harga Jual Emas Pegadaian Turun Rp 21.000! Borong, Bun...?

Tren penguatan nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat (AS) akhir-akhir ini jadi momok bagi harga emas dunia, yang kemudian mempengaruhi harga di Pegadaian. Dalam sebulan terakhir, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) naik 2,05%.
Harga emas dan dolar AS punya hubungan berbanding terbalik. Saat dolar AS perkasa, maka harga emas bakal sengsara.
Ini karena emas adalah aset yang dibanderol dalam dolar AS. Ketika dolar AS terapresisi, emas jadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan emas turun, harga pun mengikuti.
Penguatan dolar AS disebabkan oleh keyakinan pasar bahwa bank sentral Negeri Paman Sam (The Federal Reserve/The Fed) akan segera mengetatkan kebijakan moneter. Dimulai dari mengurangi pembelian aset, dan berujung pada kenaikan suku bunga acuan.
Ekonomi AS yang terus membaik menjadi dasar bagi Ketua Jerome 'Jay' Powell dan sejawat untuk melakukan normalisasi kebijakan moneter. Jadi di satu sisi, penguatan dolar AS adalah tanda kebangkitan ekonomi usai dihantam keras oleh pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Akan tetapi, keperkasaan dolar AS memiliki dampak yang sangat luas. Maklum, dolar AS adalah mata uang global sehingga pergerakannya berpengaruh terhadap perekonomian dunia.
Bagi dunia usaha di Negeri Adikuasa sendiri, penguatan dolar AS akan membuat produk mereka jadi mahal bagi konsumen di negara lain. Kinerja ekspor AS akan terpukul. Selain itu, keuntungan yang didapat perusahaan multinasional menjadi lebih sedikit kala dikonversikan ke dolar AS.
"Jadi, penguatan dolar AS saar ini akan menciptakan badai yang sempurna (perfect storm). Dampaknya akan ke mana-mana," ujar Simon Harvey, Senior FX Market Analyst di Monex Europe yang berbasis di London (Inggris), seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
