Tren Bearish, Berapa Level Rock Bottom IHSG?

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
23 June 2021 12:30
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menyentuh angka di bawah 5.800 akhir Mei silam. Meski sudah menunjukkan tren bullish dengan kembali ke level 6.000an, namun potensi longsor tetap ada akibat lonjakan kasus Covid dan kebijakan pengetatan PPKM mikro dari pemerintah. Apalagi, bank sentral Amerika Serikat, the Fed memiliki rencana untuk tapering.

"Dari tekanan, apalagi sentimen yang ada saat ini, mulai rencana tapering, harga komoditas yang mulai koreksi, kemudian data makro covid mengalami kenaikan, bisa disimpulkan masih akan membuat iIHSG tertekan walau dari sisi tekanan kita ngga usah khawatir IHSG terjun seperti 2020," kata Analis Bahana Sekuritas, Muhammad Wafi dalam Investime dikutip, Rabu (23/6/21).

Pada tahun 2020 silam, IHSG sempat mengalami tekanan yang sangat berat dengan anjlok ke level terendah, yakni 3.937,63 poin. Hal itu terjadi pada masa-masa awal Covid-19 masuk ke Indonesia. Beragam pembatasan membuat IHSG longsor. Namun, masyarakat dan pemerintah sudah mulai bisa mengantisipasi kejadian yang baru pertama kali muncul itu.

"Saya lihat bottom IHSG saat ini di level 5.750 udah bottom sekali. Di bawah level itu saya rasa agak sulit ditembus, jika berkaca covid di india mulai recovery. Kemudian liat efek tapering masih bisa memberi tekanan IHSG, namun masih cukup terbatas," jelas Wafi.

Pada pengumuman kebijakan moneter Kamis pekan lalu, The Fed tidak menyebutkan mengenai masalah tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE), tetapi menyiratkan sudah mendiskusikan hal tersebut.

Seandainya Ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell menyiratkan tapering akan dilakukan di semester II tahun ini, tentunya lebih cepat daru spekulasi pasar sebelumnya di awal tahun depan, maka tren penguatan dolar AS berpeluang berlanjut, dan rupiah berisiko terpukul.

Sebaliknya, jika The Fed mensinyalkan tapering baru dilakukan awal tahun depan, dolar AS kemungkinan akan melanjutkan koreksi dan rupiah bisa lanjut menguat.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Pilihan Saham yang Potensial di Tengah Penurunan IHSG

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular