
Mumpung IHSG Loyo, Analis: Saatnya Buy on Weakness!

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa waktu terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada dalam keadaan loyo di tengah sejumlah sentimen baik dalam maupun luar negeri.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat hingga perdagangan awal sesi II, Rabu ini (23/6), IHSG diperdagangkan di 6.077. Dengan demikian dalam sepekan terakhir indeks acuan BEI ini minus 0,02% dan sebulan juga hanya naik 5,44%. Dalam 3 bulan terakhir IHSG turun 3,69%.
Analis memberikan pandangannnya terkait hal tersebut. Menurut Head of Research PT Sucor Sekuritas, Adrianus Bias, kesempatan saat IHSG turun ialah masuk alias membeli pada saat harga sejumlah saham turun.
"Mungkin buy on weakness [beli saat turun] di level sekarang cukup baik, [saat IHSG] di bawah 5900-an kemarin ya. Karena memang ada beberapa sektor yang valuasinya cukup murah di level tersebut," kata Adrianus Bias, dalam program Investime CNBC Indonesia, Selasa (22/6/2021).
Namun dia mengimbau untuk tetap memperhatikan sentimen kasus baru Covid-19 di Tanah Air. Menurutnya, kasus corona yang melandai atau kasus positif dengan penambahan harian di bawah sekitar 10.000 kemungkinan akan menjaga sentimen IHSG tetap positif.
Selain itu Adrian mengatakan di kondisi sekarang lebih baik investor menahan kepemilikan saham untuk periode investasi jangka pendek.
"Jadi di kondisi sekarang lebih baik holding periode jangka pendek dengan target return strategi yang tepat sekarang," kata dia.
Saat ditanya apakah kondisi sekarang berpengaruh ke saham-saham sektor perbankan yang juga masih loyo, dia mengatakan memang sejak awal tahun tren di sektor itu mengalami di bawah performa terbaik atau underperformed.
Dia mengatakan, sebelumnya diperkirakan akan ada pemulihan cepat dari sisi risiko dan pertumbuhan kredit. Sayangnya, pemulihan sektor perbankan harus mengalami penundaan sebab pertumbuhan ekonomi yang belum optimal di kuartal satu tahun ini.
Saat ini keadaannya dari segi credit risk sudah mulai turun dan berada dalam posisi lebih baik di tahun ini.
"Secara credit risk mulai turun sudah jauh di posisi lebih baik di tahun ini. Kita masih menunggu kapan pertumbuhan kredit akan kembali naik," ungkap Adrianus.
Menurutnya saat ini baru sedikit sektor-sektor andalan perbankan yang pulih sehingga perlu menyesuaikan dengan ekspektasi sebelumnya.
Dia menilai, kemungkinan hal itu juga yang membuat sektor perbankan menjadi cenderung bergerak dalam tren melambat tahun ini.
"Mungkin ini yang membuat saham perbankan menjadi agak underperformed dibandingkan sektor lain," kata dia.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hati-hati Sobat Cuan, Ini Pemicu Naiknya Saham Bank 'Mini'