InvesTime

Rekor Terus, Berapa Target Level Atas Harga Batu Bara Dunia?

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
15 June 2021 09:16
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara masih tengah mengalami tren naik. Harga batu bara ICE Newcastle kontrak Juli 2021 pada Senin (14/6/2021), berada di US$ 124 per metrik ton. Secara konsisten harga emas hitam ini terus berada di tas US$ 100 per ton sejak minggu terakhir bulan Mei.

Lantas bagaimana prospeknya?

Head of Research PT Maybank Kim Eng Sekuritas, Isnaputra Iskandar, menjelaskan kenaikan harga batu bara disebabkan faktor supply dan demand.

Faktor itu mulai dari permintaan China yang meningkat, sementara dari sisi pasokan terjadi gangguan dari domestik lantaran pengaruh musim hujan di awal tahun.

"Indonesia disiplin menjaga tingkat produksi, sehingga men-support harga batu bara. Di Q2 juga masih ada sentimen positif dari konflik China - Australia, membuat permintaan naik," kata Isnaputra, dalam program Investime, CNBC Indonesia, Senin (14/6/2021).

Isnaputra menjelaskan harga batu bara masih bisa bergerak naik lagi, karena belum menyentuh level tertingginya. Paling tidak sampai 6 bulan ke depan masih bisa merasakan sentimen positif ini, walaupun dia belum bisa memberi prediksi akan sampai berapa level tertinggi batu bara ini.

"Sentimen positif mungkin akan berlangsung sampai enam bulan ke depan, saya rasa harga dari batu bara US$ 124 per metrik ton masih bisa naik. Tapi untuk yang harga segitu volumenya karena CP [current price] tinggi. Sementara yang volumenya besar itu dari CP yang menengah, yang demand-nya dari China dan India," jelasnya.

Menurut dia, ini juga yang menjadi indikator pemulihan ekonomi di beberapa negara, di mana tren membaik bagi ekonomi global sudah terlihat di sektor komoditas, terutama batu bara.

Tren pemulihan ini tercermin, khususnya di negara-negara importir terbesar batu bara seperti China, India, Jepang, dan negara-negara Asia utara.

Tapi perlu diingat, tegasnya, untuk jangka panjang prospek batu bara masih tidak bagus, karena negara maju sudah melakukan pembatasan penggunaan batu bara.

Tak hanya itu, China yang menjadi importir batu bara terbesar mulai mengurangi konsumsi.

Indonesia juga arahnya sudah mulai memperbesar energi baru terbarukan sehingga untuk jangka panjang konsumsi batu bara akan semakin menipis.

Isnaputra menilai kenaikan harga batu bara tahun ini berbeda dengan tren kenaikan pada 2006 - 2010 lalu, di mana impor besar dari China karena negara tirai bambu ini sedang kencang-kencangnya membangun PLTU (pembangkit listrik tenaga uap) berbahan bakar batu bara. Tapi sekarang permintaan dari China relatif stagnan.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Dihajar' Kanan-Kiri, Masih Oke Belanja Saham Batu Bara?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular