
Yuk Cek Harga Emas Pegadaian Hari Ini! Sedih, Turun Nih...

Keperkasaan dolar AS ditopang oleh kebangkitan ekonomi Negeri Paman Sam. Kementerian Ketenagakerjaan AS merilis data inflasi. Pada Mei 2021, laju inflasi Negeri Paman Sam tercatat 0,8% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Ini adalah laju tercepat sejak Juni 2009.
Sementara secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi AS berada di 5%. Ini menjadi laju tercepat sejak Agustus 2008.
"Inflasi April dan Mei yang tinggi bisa dipahami, karena merefleksikan ekonomi yang mulai kembali normal. Laporan ini memberi konfirmasi bahwa permintaan meningkat melebihi pasokan," kata Chris Low, Kepala Ekonom FHN Financial yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.
Oleh karena itu, investor meyakini bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan mulai bicara soal pengetatan kebijakan alias tapering off. Suku bunga acuan mungkin akan tetap rendah sampai beberapa waktu ke depan, tetapi gelontoran likuiditas melalui pembelian surat berharga (quantitative easing) sepertinya akan segera dikurangi, tidak lagi US$ 120 miilar per bulan.
"Risiko bahwa The Fed akan kurang dovish semakin meningkat," ujar Edward Moya, Senior Market Analyst OANDA, seperti diberitakan Reuters.
The Fed akan menggelar rapat Komite Pengambil Kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC) pekan depan. Kemungkinan suara-suara yang menghendaki pengurangan quantitative easing mulai bermunculan.
"Kami berencana mempertahankan suku bunga acuan di level rendah dalam waktu yang lama. Tetapi ini mungkin sekarang saatnya untuk mulai memikirkan pengurangan program pembelian aset yang saat ini senilai US$ 120 miliar," ungkap Patrick Harker, Presiden The Fed Philadephia, belum lama ini.
Pengurangan quantitative easing berarti pasokan dolar AS tidak akan lagi berlimpah seperti sekarang. Seperti barang, pasokan mata uang yang terbatas membuat 'harga' naik. Saat dolar AS menguat, korbannya tidak hanya mata uang lain tetapi juga emas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)