InvesTime
Awas Saham IPO Emiten Mini Rawan Digoreng! Kok Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham perusahaan yang harganya murah dan nilai kapitalisasinya kecil saat melantai (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui skema penawaran umum saham perdana (Initial Public Offering/IPO) dinilai rawan dan berpotensi dijadikan saham 'gorengan' oleh para bandar.
Oleh karena itu investor dinilai perlu mewaspadai IPO emiten 'mini' sebelum membeli saham IPO tersebut.
Fendi Susiyanto, CEO PT Elkoranvidi Indonesia Investama dalam acara InvesTime CNBC Indonesia, Rabu malam, (09/06/2021) mengatakan meski cenderung punya potensi 'digoreng' demikian tidak semua saham dengan harga Rp 100-500 per saham adalah kategori saham 'gorengan'.
Saham 'gorengan' adalah saham dengan fluktuasi tinggi tetapi tak punya basis fundamental yang kuat sehingga mudah dimainkan para bandar saham.
"Ini juga perlu dipahami memang betul tidak semua saham harga Rp 100 - 500 perak [rupiah] adalah saham gorengan, namun demikian betul rawan menjadi saham yang digoreng," ungkapnya.
Pertanyaannya, kenapa saham IPO dengan nilai kecil ini rawan dijadikan saham 'gorengan'?
Mantan analis BNI Sekuritas ini menilai potensi saham IPO 'mini' itu dimainkan karena market cap atau kapitalisasi pasar yang kecil sehingga dengan melibatkan beberapa pihak saja, saham ini sudah bisa dimainkan (naik dan turun).
"Karena market cap relatif kecil, jadi Rp 100 perak, sebut saja saham 1 miliar maka hanya beberapa pihak saja bisa jadi penggerak harga," jelasnya.
Sebab itu, Fendi mengingatkan kepada investor dan trader saham agar berhati-hati pada saham dengan kriteria ini karena rentan diperlakukan sebagai saham 'gorengan' oleh pihak tertentu.
Dia menilai, untuk membedakan apakah ini saham 'gorengan' atau bukan harus dilihat dari sisi fundamental kinerjanya.
"Oleh karena itu, untuk tetap bisa melihat bahwa ini gorengan apa bukan tetap dilihat dari fundamental," tuturnya.
Para investor pun bisa melihat dari sisi rasio harga terhadap laba (PER atau price to earning ratio), rasio harga terhadap nilai buku (PBV, price to value) itu masuk posisi wajar atau tidak.
Cara mengecek ini menurutnya cukup mudah, yakni dengan membandingkan PER dan PBV dengan saham lain yang memiliki karakteristik sama.
"Dibandingkan saja dengan toko sebelah, dengan saham lainnya yang punya karakteristik seperti itu. Temen-temen gak usah tergiur karena kenaikan harga yang tinggi, oh ini risiko besar sekali," tegasnya.
[Gambas:Video CNBC]
Live Now! Ini Rahasia Beli Saham IPO Biar Cuan
(tas/tas)