InvesTime

Investor Ritel RI Bersatu, Emang Bisa 'Jaga' Harga Saham?

My Money - Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
07 June 2021 11:05
Aksi panggung Kla Project di Gedung Bursa Efek Indonesia,  Jakarta, Rabu (28/272018). Aksi panggung Kla Project sekaligus menutup IHSG pada perdagangan akhir februari yang melemah 0,03% ke 6.597,22 poin. Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena saham AMC Entertainment dan GameStop di bursa AS membangkitkan lagi soal kekuatan investor retail yang dapat menggerakkan harga saham sebuah perusahaan.

Bahkan dalam mekanisme perdagangan jual kosong alias short selling di pasar modal AS (di Indonesia masih belum diperbolehkan), kerap kali investor gede justru rugi karena kekuatan investor ritel bisa menaikkan harga saham satu perusahaan tertentu.

Founder Komunitas Wiguna Investment, Fransiskus Wiguna mengatakan di Indonesia bisa terjadi hal tersebut. Namun akan berbeda jika untuk menjaga harga saham.

"Bisa, apakah bisa menjaga harga? Mungkin jawabannya tidak. Karena untuk menjaga harga saham, harus ada orang yang willing untuk pasang bit [beli] untuk menjaga harga," jelasnya dalam InvesTime CNBC Indonesia. Jumat (4/6/2021).

Fransiskus menjelaskan untuk menggerakkan harga saham bisa dilakukan. Namun mengkoordinasikan investor retail sebenarnya sangat sulit.

Dia mengatakan setiap orang memiliki psikologis termasuk rencana yang berbeda-beda. Bisa saja dikumpulkan dalam satu grup akan menemukan kata sepakat namun pada akhirnya akan ada yang berhenti di satu titiknya sendiri.

"Mungkin dikumpulkan satu grup sepakat, beli di sini jual di sini. Pasti ada orang 'saya sampai sini saja, sampai harga sini aja deh selesai saya. cabut duluan," ujar Frans.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Riset Fraus Capital, Alfred Nainggolan mengatakan investor retail juga bisa melakukan hal tersebut. Indikasinya adalah bulan Januari saat transaksi retail cukup masif.

Menurutnya, dengan data ritel transaksi yang besar, maka secara teoritis harga saham akan terbentuk saat permintaan pun ada secara signifikan.

Soal menggerakkan harga satu emiten, kembali lagi tujuannya ke mana investor itu. "Jika sudah naik [harga saham], lalu akan seperti apa setelahnya," ungkapnya.

"Saham ini kan kepemilikan, berbeda dengan mekanisme short sell yang jual kosong, di mana investor wajib membeli. Kalau ini harus dilihat dicermati investor kita," jelas Alfred.

Dia juga mengingatkan para influenser mengarah ke sana, yakni dengan memanfaatkan jumlah investor retail yang banyak dan media sosial masif.

"Berpikir lagi ini harus punya arah. Saya sepakat tadi bicara arah saham itu fundamental, persepsi, dua itu membentuk harga saham. Jangan sampai herd behaviour [menggiring opini beli saham] paling banyak digandrungi investor pemula kita karena enggak ada modal," jelasnya.

Adapun sebelumnya ramai berita soal saham AMC Entertainment dan GameStop yang terkena transaksi jual kosong (short selling).

Sebagai informasi, short selling merupakan bentuk transaksi yang digunakan investor dengan meminjam dana untuk melakukan penjualan saham yang belum dimiliki dengan harga tinggi dengan harapan bisa membeli pada saat harga sahamnya turun.

Selain itu, short selling juga sering disebut sebagai jual kosong karena investor melakukan transaksi tanpa memiliki sahamnya terlebih dahulu

Transaksi ini kembali menelan korban di Negeri Paman Sam, AS. Kenaikan harga saham AMC Entertainment yang sering 'dipompom' di media sosial (meme stock) membuat tekor bandar yang berencana mengguyur saham ini. Hal ini lantaran investor ritel melakukan aksi beli sehingga membuat saham AMC melesat, begitu pun pernah terjadi pada saham GameStop di AS.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Live Now! Ritel Dibanting, Bandar Masih Setir Bursa Saham RI?


(tas/tas)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading