
Selain BBCA-TLKM, Asing Kepincut Gak sih Saham Lapis Kedua?

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing disebut biasanya memborong saham-saham yang memiliki kapitalisasi pasar (market capitalization/market cap) besar. Meski demikian tidak menutup kemungkinan investor asing juga melirik saham-saham lapis dua (second liner) atau lapis tiga (third liner).
Hal tersebut disampaikan oleh Anggaraksa Arismunandar, Head of Research NH Korindo Sekuritas. Meski tidak menutup kemungkinan memburu saham lapis kedua dan ketiga, namun menurutnya secara umum favorit asing adalah saham-saham emiten berkapitalisasi besar, alias big cap di atas Rp 100 triliun.
"Umumnya favorit asing kapitalisasi besar, asing ini ikat besar, kolamnya juga besar, biasanya kapitalisasi besar. Tidak menutup kemungkinan investor asing tertarik pada saham lapis dua atau tiga," paparnya dalam acara InvesTime CNBC Indonesia, Selasa malam, (09/03/2021).
Lebih lanjut dia mengatakan biasanya investor asing yang tertarik pada saham-saham lapis kedua dan ketiga adalah investor asing yang memiliki afiliasi dengan investor lokal.
"Asing tapi afiliasi lokal ini bisa dibilang mungkin impact yang positif kalau tipe investor," ungkapnya.
Dia menyebut investor asing yang berinvestasi di Indonesia memiliki analisa yang baik. Kriteria yang dipilih biasanya kapitalisasi pasar besar (market cap), fundamental baik, saham-saham tersebut menjadi leader di sektornya, likuid diperdagangkan, dan sering membagikan dividen kepada pemegang saham.
"Sebenarnya mirip-mirip saham blue chip. Kenapa menarik ikuti saham asing adalah alasan investor asing melakukan transaksi dalam jumlah besar. Ini bisa gerakkan harga," ungkapnya.
Anggaraksa menyebut investor asing ada yang berasal dari perorangan dan ada juga yang berasal dari institusi. Namun umumnya investor asing bentuknya badan usaha atau institusi alias fund manager.
"Kalau ada daftar pemegang saham bukan yang keluar nama asing, bule, tapi biasanya badan usaha atau korporasi, banyak kan institusi," paparnya.
Sebagai catatan, dalam literatur dan menjadi informasi umum bahwa saham-saham disebut sebagai mid-cap stocks atau second-liner, biasanya memiliki kapitalisasi pasar antara Rp 500 miliar - Rp 10 triliun, dan ada pula yang mematok di bawah Rp 100 triliun.
Adapun saham lapis ketiga atau junk stocks alias small-cap stocks biasanya kapitalisasinya berada di bawah angka Rp 500 miliar.
Di BEI, ada dua indeks yang mengakomodasi saham-saham jenis ini yakni IDX SMC Composite dan IDX Small-Mid Cap (SMC) Liquid. IDX SMC Composite adalah indeks yang mengukur kinerja harga dari saham-saham yang memiliki kapitalisasi pasar kecil dan menengah.
Sementara itu, Indeks IDX Small-Mid Cap (SMC) Liquid yang diluncurkan sejak 21 Desember 2017 memiliki 54 saham pilihan yang diseleksi dari IDX SMC Composite (berisi lebih dari 300 saham).
Anggaraksa mengatakan untuk saham big cap, beberapa saham yang masuk kategori ini yakn PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).
Berdasarkan data BEI, pada perdagangan sesi I, Rabu ini (9/3), saham BBCA diborong asing Rp 47 miliar dengan kapitalisasi pasar BCA tembus Rp 823 triliun. Year to date atau tahun berjalan, saham BBCA diborong asing Rp 818 miliar di pasar reguler.
Berikutnya ada saham BBRI dengan kapitalisasi pasar juga besar Rp 569 triliun. Saham BBRI diborong hari ini Rp 16 miliar dan year to date dibeli asing Rp 5,75 triliun.
Kemudian ada saham TLKM dengan kapitalisasi pasar Rp 334 triliun, saham TLKM dibeli asing Rp 36 miliar dengan catatan beli bersih asing ytd Rp 2,97 triliun.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hati-hati Sobat Cuan, Ini Pemicu Naiknya Saham Bank 'Mini'
