InvesTime

Saham Nyangkut di Pucuk, Idealnya Cut Loss Berapa Persen?

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
23 February 2021 11:45
foto : CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingginya minat masyarakat untuk berinvestasi dan trading saham dalam beberapa waktu terakhir perlu diimbangi dengan pengetahuan yang memadai. Tidak sedikit investor yang terpaksa 'nyangkut' karena harga sahamnya ambles dan menanggung kerugian.

Sebab itu, investor dinilai perlu memahami skema cut loss yang benar alias upaya untuk menghentikan kerugian dengan melakukan penjualan saham yang dimiliki.

Dengan begitu, sebelum memutuskan trading, trader perlu menentukan berapa besar dia mampu menanggung kerugian. Jangan sampai ketika kerugian makin dalam, namun tetap bertahan tanpa melepas saham tersebut. Misalnya batas patokan kerugian berada di angka 4%-5%.

"Sebagai trader harus menggunakan cut loss, harus tegas, kerugian 5%, 4% dijalankan sesuai rencana masing-masing. Keuntungan juga sama, ketika untung mencukupi harus profit taking [realisasikan keuntungan], selesai untuk trader," kata CEO Finvesol Consulting Indonesia, Fendi Susiyanto dalam Investime, dikutip Senin (22/2/21).

Besaran nilai cut loss pun bergantung pada kemampuan masing-masing trader. Jika mampu menahan lebih besar, maka nilai persentase cut loss bisa lebih tinggi, begitu pun sebaliknya. Namun, ada nilai yang kerap menjadi pilihan bagi sebagian trader.

"Depends on you, tiap orang berbeda-beda, ada yang 3%, 5% bahkan ada 15% hingga 20%. Tergantung seberapa kuat menahan rugi. Caranya gampang, Ketika trading rugi kemudian ngga bisa tidur, ngga cocok itu, bisa di 3% aja. Kalau 10% anda rugi bisa tidur pules dan ngga stres maka bisa di situ," sebut Fendi.

"Jadi sangat tergantung anda sendiri tapi rata-rata 3%-8%, di Indonesia variatif karena ada fraksi harga, kalau fraksi di atas Rp 5.000/saham mungkin 3%, 5%. Kalau fraksi harga 200 sampai di bawah 5.000 mungkin bisa 8%-10% biasanya," lanjutnya.

Ia menilai trader harus disiplin, pasalnya banyak trader yang memilih untuk menahan untuk tidak melepas saham ketika harganya mulai ambrol. Harapannya ada kenaikan, namun jika realita sebaliknya, namun jika realita sebaliknya maka bisa mengganggu mental.

"Mungkin uang bisa dicari dengan masuk ke saham yang lain, kalau mental yang jadi terganggu dengan trading mentality seperti itu, maka kita ngga bisa nyaman untuk trading yang lainnya, karena capital kita akan tertanam terlalu lama ngga berputar," paparnya.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hati-hati! Beli Saham juga Bisa Rugi, Ini Tips Supaya Cuan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular