'Main' Saham, Baiknya jadi Investor atau Trader Harian?

My Money - Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
28 January 2021 12:40
Strategi Penempatan Dana di Pasar Saham Lewat Investing Vs Trading (CNBC INdonesia TV) Foto: Strategi Penempatan Dana di Pasar Saham Lewat Investing Vs Trading (CNBC INdonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Investasi di pasar modal belakangan menjadi hal yang digemari oleh generasi milenial yang mengincar keuntungan ataupun untuk mempersiapkan masa pensiun dengan tenang.

Namun kehadiran pada investor pemula ini menimbulkan banyak kegelisahan, banyak diantara mereka yang kemudian menjadi pemain saham harian atau yang lebih dikenal sebagai trader. Banyak pemicunya, tapi satu yang jadi alasan utama adalam mencari keuntungan atau cuan sebesar-besarnya. 

Padahal pasar saham terkenal dengan volatilitas yang tidak bisa memberikan jaminan kepada siapapun untuk mendapatkan keuntungan secara instan. Jadi sebelum memutuskan akan berinvestasi atau trading di pasar modal, sebaiknya dipahami dulu perbedaan antara keduanya.

Analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya mengatakan investor yang melakukan trading akan lebih fokus pada jual dan beli jangka pendek, sementara yang berinvestasi adalah membeli saham, dan menahannya dalam jangka waktu yang lebih panjang. Para traders biasanya menggunakan teknikal analisis untuk menentukan kapan akan masuk dan kapan harus keluar.

"Jadi mereka sebenarnya tidak melihat fundamental, tetapi kalau investing mereka melihat fundamental perusahaan dan juga profitabilitas perusahaan,"kata Christine dalam Investime CNBC Indonesia, Rabu (27/01/2021).

Kemudian perbedaan lainnya, bagi investor jangka panjang biasanya membeli saham ketika harga atau valuasi perusahaan tersebut sedang murah, ketika pasar sedang diskon, dan melihat secara jangka panjang perusahaan tersebut masih terus bertumbuh.

"Jadi melihat saham itu investor melihat dari PBV misalnya dari dibawah 0,5 kali atau di bawah 1 kali. Jadi walaupun perusahaan masih merugi tapi karena melihat prospek yang bagus tetap dibeli investor. Time framenya, kalau investor setelah membeli di harga murah, setelah harga tersebut dirasa mahal dia akan memiliki target tersendiri baru menjualnya," jelasnya.

Dia mengatakan di masa pandemi ini perusahan memiliki pendapatan yang lebih kecil, sehingga dari sisi PER terlihat mahal, namun bisa juga investor itu melihat dari PBV karena ada harapan perusahaan akan berbalik ketika situasi membaik.

"Fundamentalnya bisa dilihat dari cash flow perusahaan. Kalau untuk trader mereka membeli saham yang dengan sentimen sesat, kadang-kadang mereka tidak melihat fundamental, karena sentimen bagus dan momentumnya bagus, biasanya dia beli sekarang dengan tujuan take profit secepat mungkin," kata Christine.

"Para trader juga berbeda tipenya, ada yang day trader, bisa juga trading chartnya misalnya kemarin bullish candle sekarang sudah menyentuh support kemudian dijual. Ada yang mungkin dia bisa beli kemarin dan bisa dijual setelah mencapai target returnnya," tambahnya.

Sayangnya, ketika menjadi trader tanpa melihat fundamental dan tidak disiplin cut loss, atau mereka tidak mengetahui profile dirinya sendiri, biasanya mereka akan investor karena harus agak panjang. Untuk menjadi trader selain melihat sentimen, menurut Christine harus disiplin cut loss.

"Kalau memang turun ya harus cepat cut loss kalau tidak jadi agak panjang time framenya," ujarnya.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Jadi 'Trader' Bukan Cara Baik Investasi Saham, Kenapa?


(hps/hps)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading