Lumayan! Emas Antam Tahun Ini Cuan 35%, Tahun Depan Borong?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
31 December 2020 13:45
Emas
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta CNBC Indonesia - Harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam), menjadi salah satu aset investasi yang bersinar di tahun 2020.

Tahun yang dikenang oleh umat manusia akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang melanda dunia. Pandemi yang tidak pernah terjadi sepanjang sejarah dunia modern tersebut telah membuat perekonomian global masuk ke jurang resesi.

Pandemi Covid-19 menjadi alasan utama harga emas Antam meroket di tahun ini. Harga emas Antam bahkan mencapai rekor tertinggi sepanjang masa pada 7 Agustus lalu. Saat itu, emas satuan 1 gram dibanderol Rp 1.065.000/batang, atau melesat nyaris 50% sejak awal tahun atau secara year-to-date (YtD).

Namun, sejak mencapai rekor tersebut harga emas Antam perlahan terus menurun. Pada Kamis (30/12/2020) kemarin, satuan 1 gram dibanderol Rp 965.000/batang, sehingga sepanjang tahun ini mampu membukukan penguatan 35,34%.

Pergerakan harga emas Antam tentunya mengikuti pergerakan harga emas dunia. Tetapi kenaikan emas antam lebih besar, sebab ada faktor rupiah yang juga mempengaruhi harga emas Antam.

Rupiah membukukan pelemahan di tahun ini. Harga emas dunia dibanderol dengan dolar AS, saat kurs Mata Uang Garuda melemah harganya menjadi lebih mahal ketika dikonversi ke rupiah. Sehingga saat harga emas dunia naik dan rupiah melemah, maka harga emas Antam akan naik berlipat-lipat.

Tetapi secara garis besar, arah pergerakan emas Antam akan mengekor emas dunia.

Harga emas dunia juga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,49/troy ons pada 7 Agustus lalu. Tetapi setelahnya perlahan-lahan harganya mulai menurun, hingga berada di kisaran US$ 1.893/troy ons kemarin.

Jika dilihat dari posisi akhir 2019 hingga ke level tersebut, emas melesat nyaris 25%, menjadi kenaikan terbesar sejak tahun 2010, saat itu logam mulia ini meroket nyaris 30%.

Pandemi Covid-19, yang membuat perekonomian global masuk ke jurang resesi membuat bank sentral dan pemerintah di berbagai negara menggelontorkan stimulus fiskal dan moneter, yang menjadi "bahan bakar" emas untuk menguat.

Dari semua negara, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan Pemerintah AS di bawah Presiden Donald Trump menjadi yang paling sensasional dalam menggelontorkan stimulus fiskal dan moneter.

Di bulan Maret, The Fed membabat habis suku bunganya dari 1,75% menjadi 0,25%, atau dipangkas 150 basis poin (bps). Tidak hanya itu, The Fed di bawah komando sang ketua Jerome Powell juga menggelontorkan stimulus moneter dengan program pembelian aset (quantitative easing/QE) dengan nilai tak terbatas, artinya berapapun akan dikucurkan selama diperlukan oleh perekonomian.

Sementara itu, pemerintah AS menggelontorkan stimulus fiskal senilai US$ 2 triliun di bulan Maret yang disebut CARES Act. Stimulus tersebut menjadi yang terbesar sepanjang sejarah, nilainya bahkan setara dengan 2 kali produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Stimulus moneter dan fiskal tersebut membuat perekonomian AS banjir likuiditas, dan emas diuntungkan dari 2 sisi.

Yang pertama, stimulus moneter dan fiskal membuat jumlah uang beredar di AS bertambah, dan nilai dolar AS pun melemah. Emas dunia dibanderol dengan dolar AS, saat mata uang Paman Sam tersebut melemah, maka harganya akan lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya. Alhasil permintaan berpotensi meningkat, harganya melesat.

Yang kedua, emas secara tradisional dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi. Stimulus moneter dan fiskal tersebut berpotensi memicu inflasi yang tinggi, sehingga permintaan emas sebagai aset lindung inflasi meningkat. Dua hal tersebut membuat harga emas mampu bersinar di tahun pandemi 2020.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> 2021 Emas Antam Melesat 50% Lebih?

Seperti disebutkan sebelumnya, pergerakan harga emas dunia akan mempengaruhi harga emas Antam. Kabar baiknya, di tahun depan harga emas dunia diramal akan kembali melesat.

Kepala riset komoditas di BNP Paribas, Harry Tchilinguirian, memprediksi harga emas memiliki momentum penguatan untuk kembali ke atas US$ 2.000/troy ons di semester I-2020. Tetapi setelahnya emas akan kehabisan tenaga di paruh kedua 2020.

Tchilinguirian melihatk, yield riil yang negatif akibat suku bunga rendah The Fed, menjadi faktor kunci emas akan kembali menguat.

"Yield riil yang negatif akan sangat penting dalam 2 kuartal ke depan. Tetapi setelahnya situasi sedikit berubah karena investor akan melihat perbaikan ekonomi," kata Tchilinguirian sebagaimana dilansir Kitco, Senin (28/12/2020).

Tchilinguirian melihat harga emas akan melewati level US$ 2.000/troy ons di kuartal II-2020, dengan rata-rata di kisaran US$ 2.010/troy ons. Sementara itu, sepanjang tahun 2021, BNP Paribas memberikan outlook netral, dengan rata-rata harga di US$ 1.945/troy ons.

Pandangan bullish diberikan oleh Peter Hug, direktur global trading Kitco Metal. Ia melihat potensi kenaikan inflasi yang akan memicu penguatan harga emas.

"Jika anda optimistis dan membayangkan banyak orang sudah divaksinasi dan sembuh, maka perekonomian akan lepas landas di semester II-2020. Maka skenario kenaikan inflasi akan menjadi nyata, yang tentunya positif untuk emas," kata Hug, sebagaimana dilansir Kitco, Jumat (18/12/2020).

Saat inflasi mulai naik, maka emas diprediksi akan melesat ke US$ 2.500 sampai US$ 3.000/troy ons di semester II-2020.

"Rekor tertinggi sepanjang masa emas yang dicapai tahun ini akan dilewati. Jika inflasi melesat lagi, emas akan menguat ke US$ 2.500 sampai US$3.000/troy ons sangat mungkin terjadi, sampai bank sentral mulai mengetatkan kebijakan moneter. Tetapi, pengetatan tersebut baru akan dilakukan setahun setelahnya, atau mungkin lebih lama," tambah Hug.

Jika melihat posisi akhir emas kemarin, maka jika harga emas mampu mencapai US$ 2.500.troy ons, artinya akan ada kenaikan sebesar 32%, kemudian jika mencapai level US$ 3.000/troy ons artinya emas dunia akan meroket lebih dari 58%.

Jika melihat proyeksi tersebut, harga emas Antam tentunya juga bisa melesat dengan persentase yang lebih besar, selama nilai tukar rupiah tidak menguat tajam.


TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular