
Mau Cuan 500% Seperti Orang Ini? Yuk Belajar Strateginya

Jakarta, CNBC Indonesia - Berharap mendulang untung dari pasar saham adalah impian setiap investor di dunia ini. Namun untuk meraup cuan yang fantastis membutuhkan strategi. Merancang strategi yang tepat bisa dengan belajar pada orang-orang yang sudah terbukti dan berpengalaman, salah satunya adalah Peter Lynch.
Mungkin lebih banyak orang yang lebih mengenal Warren Buffett sebagai investor legendaris yang masuk jajaran orang terkaya di dunia karena prinsip value investing-nya. Namun nama Peter Lynch sebenarnya bisa disejajarkan dengan Oracle of Omaha itu.
Bahkan dalam berinvestasi, keuntungan Peter Lynch tercatat lebih besar dari Warren Buffett. Lynch adalah seorang fund manager yang mengelola produk reksadana bernama Magellan Fund pada 1977-1990.
Dalam periode tersebut return bersih yang dihasilkan oleh Lynch mencapai 29%. Dengan begitu wajar saja namanya melegenda karena cuan yang berhasil diperoleh sangatlah fantastis dan masuk ke dalam klub elit bersama investor lain seperti Jim Simons, Steve Cohen, George Soros hingga Ray Dalio.
Ada beberapa karakteristik investasi Peter Lynch yang mungkin berguna untuk Anda para investor. Baik yang baru memulai ataupun yang sedang mengatur strategi untuk mendapatkan keuntungan fantastis di pasar modal.
Menurut Lynch, investor perlu membekali dirinya dengan pengetahuan yang luas. Dengan pengetahuan yang luas ini investor dapat mengambil keputusan yang tepat. Investor juga diharapkan terbuka terhadap peluang lain.
Peluang yang dimaksud adalah mencari saham-saham yang berpotensi cuan tetapi tidak masuk ke dalam radar para investor lain. Tentunya harus dilandasi dengan analisa yang komprehensif dan tidak asal pilih. Seringkali saham-saham yang tak dilirik ini pada saat yang tepat bisa membuat Anda menjadi crazy rich.
Salah satu kutipan menarik dari Peter Lynch adalah "banyak orang yang kehilangan uangnya karena menunggu koreksi dan mengantisipasi koreksi daripada koreksi yang sebenarnya."
Kutipan tersebut relevan dengan kejadian jatuhnya pasar saham global pada bulan Februari-Maret lalu. Aksi jual besar-besaran membuat harga saham terkoreksi signifikan. Namun saat menyentuh titik terendahnya (bottom), banyak investor telah kehilangan kereta saat pasar saham mulai pulih.
Hal ini mengindikasikan bahwa sebagai seorang investor harus punya optimisme. Karakteristik pasar memang cenderung forward looking. Ambrolnya pasar saham global mengindikasikan bahwa pandemi Covid-19 akan memicu resesi ekonomi global terbesar pasca the great depression hampir seabad silam.
Namun setiap kali resesi datang, bukan berarti tak akan ada pemulihan. Toh setiap kali resesi terjadi selalu ada pemulihan. Ini menandai adanya periode siklus. Artinya Lynch melihat bahwa investor perlu tetap tenang dan panik.
Meskipun begitu panik sebenarnya adalah naluri yang alami sebagai bentuk upaya menyelamatkan diri. Panic selling yang terjadi 9 bulan lalu mungkin dianggap bagi sebagian kalangan hal yang tidak rasional. Namun di balik semua itu sebenarnya panic selling juga menyimpan rasionalitas karena siapa juga yang mau nyangkut dan likuiditasnya seret saat resesi, ya to?
Poin lain yang disorot oleh Lynch adalah karakteristik investor yang mudah merasa senang dan tergiur untuk mengikuti tren semata. Namun pada dasarnya tren yang terjadi tidak memiliki hal yang substansial. Fenomena euforia inilah yang menjadi sorotan oleh Lynch.
Banyak orang yang ingin menjadi tajir hanya dalam waktu sesingkat mungkin. Kalau bisa jadi kaya raya dalam hitungan hari kenapa harus menunggu hitungan bulan atau tahun. Kalau bisa tajir dalam hitungan menit atau detik kenapa harus tunggu waktu sampai berhari-hari?
Namun ingat euforia ini juga punya batas dan tidak berlangsung terus-terusan!
Jika melihat pada portofolio Lynch, kebanyakan cuan yang dihasilkan baru datang pada tahun ketiga bahkan kesepuluh setelah investasi. Lama sekali? Mencengangkan? Bikin geleng-geleng? Anda tak sabar? Hehehe...
Lama memang. Ini adalah fakta yang sulit untuk diterima, terutama dalam beberapa tahun terakhir di mana arus berita keuangan 24/7 yang sudah luar biasa telah berubah menjadi makanan sehari-hari.
Banyak dari program ini menyarankan investor harus ambil posisi saat ini juga agar tak ketinggalan kereta. Saran dan tindakan semacam itu umumnya lebih banyak membawa mudharat atau merugikan investor. Sehingga harus berhati-hati dalam berinvestasi.
Di sini kesabaran menjadi kunci utamanya. Tak percaya? Peter Lynch sudah membuktikan. Lynch pernah mendulang cuan sampai 500% melalui Magelland Fund hanya dalam waktu satu tahun dari kepemilikannya atas saham Lukens Steel yang merupakan produsen baja tertua yang berlokasi di Pennsylvania, AS.
Memang saham tersebut meroket hanya dalam waktu setahun. Namun Lynch harus menunggu dengan sabar selama 15 tahun untuk mendapatkan cuan yang sangat fantastis itu dengan sabar dan disiplin mental.
Satu hal lagi yang menarik dari cara dan pandangan Lynch soal investasi adalah disiplin mentalnya. Menurut Lynch sebagian besar investor memiliki atau dapat memperoleh pengetahuan yang cukup untuk menemukan saham-saham berkualitas dengan potensi pertumbuhan berkelanjutan karena kriterianya tidak rumit.
Lagipula pertumbuhan pendapatan tergolong mudah diidentifikasi. Intuisi kita tentang peluang investasi biasanya tepat sasaran.
Bagian yang sulit adalah mengabaikan semua kebisingan atau informasi, sentimen dan rumor yang beredar di pasar serta bertahan dengan saham yang dimiliki bahkan ketika segala sesuatunya terlihat suram.
Apabila berkaca pada kisah hidup Lynch sebagai investor kawakan di Wall Street. Kita bisa ambil kesimpulan adalah bahwa investor harus punya karakter dalam berinvestasi. Hal ini dibentuk melalui disiplin mencari pengetahuan, target investasi jangka panjang dan psikologis yang mapan untuk tetap sabar dan konsisten di tengah gempuran informasi yang lebih sering membuat seseorang jantungan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Menguat, Saatnya Ambil Peluang di Saham Berikut!
