
Penjualan Emas Antam Meroket 147%, Investor Cuan Berapa nih?

Pandemi Covid-19 yang membawa perekonomian dunia ke jurang resesi membuat bank sentral di berbagai negara menggelontorkan stimulus moneter, dengan memangkas suku bunga hingga mengimplementasikan program pembelian aset (quantitative easing/QE). Intinya agar likuiditas di perekonomian bertambah.
Dalam kondisi tersebut, emas menjadi diuntungkan sebab banjir likuiditas akan memicu kenaikan inflasi, dan emas secara tradisional dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi.
Tidak hanya bank sentral, pemerintah di berbagai negara juga menggelontorkan stimulus fiskal yang semakin menambah likuiditas di perekonomian.
Saat ini yang paling menjadi perhatian adalah stimulus fiskal gelombang kedua di Amerika Serikat (AS).
Stimulus fiskal di AS memberikan 2 keuntungan bagi emas. Yang pertama ketika stimulus cair, jumlah mata uang yang bereda di perekonomian akan meningkat, akibatnya nilai tukar dolar AS melemah.
Dolar AS dan emas memiliki korelasi negatif, artinya ketika dolar AS turun maka emas cenderung naik. Hal itu terjadi karena emas dibanderol dengan dolar AS, ketika the greenback melemah, harga emas akan lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, dan permintaan berpotensi meningkat.
Kemudian yang kedua, seperti yang disebutkan sebelumnya stimulus fiskal memicu inflasi.
Harapan cairnya stimulus fiskal muncul setelah Nancy Pelosi, Ketua DPR (House of Representatif) memulai perundingan dengan Menteri Keuangan Steven Mnuchin sejak awal pekan lalu.
Pelosi yang berasal dari Partai Demokrat mengatakan setelah berbicara dengan Mnuchin dia berharap kesepakatan stimulus corona dapat dicapai pada akhir pekan ini.
Kepala staf Gedung Putih Mark Meadows, juga mengatakan Pelosi dan Mnuchin akan melanjutkan perundingan di hari Rabu, dan berharap melihat adanya beberapa kesepakatan sebelum akhir pekan.
Meski demikian, masih belum diketahui berada nilai stimulus fiskal tersebut. Partai Demokrat yanug menguasai DPR AS mengusulkan US$ 2,2 triliun, yang dianggap terlalu besar oleh Pemerintah AS yang mengusulkan US$ 1,8 triliun.
Kabar baiknya, Presiden Donald Trump, memberikan sinyal akan menyetujui stimulus yang lebih besar ketimbang yang diajukan Partai Demokrat.
"Saya akan menyetujui stimulus yang lebih besar dari diajukan Partai Demokrat," kata Trump, sebagaimana dilansir Investing, Rabu (21/10/2020).
Namun, Trump tentunya mendapat tantangan dari partainya sendiri, Partai Republik, yang bahkan menyatakan proposal stimulus US$ 1,8 miliar Pemerintah AS terlalu besar.
Untuk diketahui, DPR AS dikuasai oleh Partai Demokrat, dan Senat AS dikuasai Partai Republik. Sehingga meski DPR-Pemerintah AS sepakat dengan nilai stimulus fiskal, tetap saja harus mendapat persetujuan Senat agar bisa cair.
Hal tersebut yang menyebabkan sulitnya stimulus fiskal gelombang kedua ini cair. Akan tetapi, cepat atau lambat stimulus tersebut tentunya akan cair karena diperlukan untuk membangkitkan perekonomian AS.
Jika pekan ini tidak cair, maka kemungkinan besar akan cari setelah pemilu presiden AS 3 November mendatang, setelah resmi siapa akan menjadi orang nomer 1 di AS, apakah petahana Donald Trump, atau penantangnya Joseph 'Joe' Biden.
(pap/pap)