Round Up Sepekan

Jangan Lupa! Kala Resesi Hadir, Investasi Emas Lebih Cuan

Haryanto, CNBC Indonesia
26 July 2020 16:35
Obligasi (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Obligasi (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Berikutnya ada obligasi, investasi jenis obligasi membuat Anda harus menanamkan sejumlah modal untuk sebuah perusahaan tertentu. Dimana nantinya Anda akan mendapatkan surat mengenai saham obligasi tersebut. Dalam surat akan tertera berapa jumlah dan berapa lama Anda akan memberikan pinjaman pada perusahaan tersebut.

Selain itu, ada juga obligasi ritel negara, imbal hasilnya dapat dibayarkan setiap bulan dan dapat diperdagangkan di pasar sekunder, biasanya lebih tinggi dari rata-rata deposito bank BUMN. Ada dua produk, pertama yaitu obligasi negara ritel (ORI) dan sukuk ritel (SR).

Sebagai informasi, hasil penjualan Obligasi Ritel negara Seri ORI017 yang berakhir pada 9 Juli 2020 sebesar Rp18,33 triliun. Minat masyarakat terhadap ORI 017 ini sangat besar, hal ini terlihat dari pemesanan yang sudah melebihi target penerbitan senilai Rp 10 Triliun. Apalagi ORI 017 bersifat tradable atau bisa diperdagangkan kembali setelah masa holding period.

Meski ditawarkan saat pandemi Covid-19, masyarakat ternyata cukup antusias untuk menyerap ORI017. Terbukti seri ORI017 ini memecahkan rekor penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel tertinggi sejak dijual secara online pada 2018 lalu. Hal ini baik secara nominal, jumlah total investor hingga jumlah investor baru.

Sebanyak 2.002 orang investor tercatat membeli ORI017 dengan nominal Rp 1 juta, angka ini naik 123% dibanding dengan pembelian sebelumnya yaitu ORI016 dengan nominal yang sama.

Berdasarkan keterangan resmi Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan Kementerian Keuangan RI di Jakarta, Senin (13/7/2020) dari total investor ORI017 sebanyak 42.733 orang, porsi investor baru lebih dominan, yaitu 56% dari total investor atau sebanyak 23.949 orang.

Sementara mengacu data sepekan ini, harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia yang bertenor 10 tahun terapresiasi 1,94% dengan penurunan yield  13,4 basis poin (bps) menjadi 6,909% dari 7,043%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya.  Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

Sementara saham, yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sepanjang pekan ini terpantau menguat tipis sebesar 0,07% ke level 5.082,99 pada penutupan perdagangan Jumat kemarin (24/7/2020) dari level 5.079,58 pada penutupan perdagangan Jumat lalu (17/7/2020).

Dari keempat jenis instrumen investasi, yaitu emas, valas, obligasi dan saham, yang paling menguntungkan sepanjang pekan ini adalah investasi emas yang naik sebesar 3,67% diikuti oleh obligasi yang menguat 1,94%, lalu valas untuk mata uang yen sebagai safe haven yang sebesar 0,26% dan terakhir adalah saham yang menguat tipis hanya sebesar 0,07%.

Bagaimanapun juga, harga emas akan mendapat dukungan dari kebijakan bank sentral global yang menerapkan tingkat suku bunga rendah. Selain itu, kebijakan bank sentral di sejumlah negara dalam memberikan pelonggaran kuantitatif (QE) dengan membeli aset-aset finansial berbasis utang yang memicu penurunan yield (imbal hasil obligasi) juga membuat emas menjadi lebih menarik di mata investor.

Stimulus besar-besaran menjadi pendukung harga emas untuk menguat lantaran adanya ancaman inflasi yang nyata ke depannya. Emas sebagai aset lindung nilai (hedging) atau safe haven jadi kebanjiran permintaan ketika ada ancaman inflasi yang tinggi dan penurunan nilai tukar mata uang.

"Orang menggunakan emas sebagai aset safe-haven dan juga banyak yang percaya bahwa inflasi akan naik di kuartal mendatang," kata Phil Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago, melansir Reuters.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(har/har)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular