Dilema Dolar AS: Lemah Gegara Kabar Bagus dari Negeri Sendiri

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 April 2020 20:14
Dolar
Foto: Chandra Gian
Seiring dengan membaiknya sentimen pelaku pasar posisi bearish (tren melemah) yang diambil para pelaku pasar untuk mata uang Asia juga semakin berkurang.  Hal tersebut terlihat dari survei dua mingguan yang dilakukan Reuters yang menunjukkan para pelaku pasar mulai mengurangi posisi short (jual) terhadap mata uang Asia.

Survei dari Reuters tersebut menggunakan rentang -3 sampai 3. Angka positif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) terhadap dolar AS dan jual (short) terhadap mata uang Asia, begitu juga sebaliknya.

Hasil survei terbaru yang dirilis Kamis (16/4/2020) kemarin menunjukkan berkurangnya posisi long dolar AS yang tercermin dari menurunnya angka survei dari Reuters tersebut. Penurunan posisi long dolar berarti penurunan posisi bearish mata uang Asia.



Rupiah (IDR) sebagai contoh, angka terbaru dalam survei tersebut sebesar 0,86, turun jauh dari rilis sebelumnya 2 April sebesar 1,55, dan yang tertinggi pada survei yang dirilis 19 Maret sebesar 1,57.

Semakin rendahnya angkat positif di hasil survei tersebut menunjukkan pelaku pasar semakin menurunkan posisi long dolar AS, yang berarti perlahan-lahan rupiah kembali diburu pelaku pasar.

Analis yang disurvei Reuters mengatakan turunnya posisi long dolar AS terhadap mata uang Asia sejalan dengan langkah bank sentral menyuntikkan likuiditas ke perekonomian sehingga menstabilkan pasar keuangan, kemudian adanya peluang pandemi COVID-19 sudah mencapai puncaknya.

Reuters juga melaporkan rupiah merupakan mata uang favorit pelaku pasar untuk melakukan carry trade, sehingga saat sentimen pelaku pasar membaik, rupiah akan menerima aliran modal asing yang membuatnya perkasa.

Carry trade merupakan strategi investasi dengan meminjam modal di negara yang suku bunganya rendah, kemudian diinvestasikan di negara dengan suku bunga yang tinggi. 



Sebelum bulan Maret, hasil survei Reuters tersebut selalu menunjukkan angka minus (-) yang berarti pelaku pasar mengambil posisi short dolar AS dan long rupiah. Ketika itu rupiah masih membukukan penguatan secara year-to-date (YTD) melawan dolar AS.

Di bulan Januari, rupiah bahkan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik dunia dengan penguatan terbesar. Saat itu bahkan tidak banyak mata uang yang mampu menguat melawan dolar AS. Hal tersebut juga sesuai dengan survei Reuters pada 23 Januari dengan hasil -0,86, yang artinya pelaku pasar beli rupiah.

Rupiah bahkan disebut menjadi kesayangan pelaku pasar oleh analis dari Bank of Amerika Merryl Lycnh (BAML) saat itu.

"Salah satu mata uang yang saya sukai adalah rupiah, yang pastinya menjadi 'kesayangan' pasar, dan ada banyak alasan untuk itu," kata Rohit Garg, analis BAML dalam sebuah wawancara dengan CNBC International Selasa (21/1/2020).

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular