
5 Sentimen yang Bikin Harga Emas Goyang, Nomor 3 Masih Hangat

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) Kamis (2/4/2020) naik 0,81% sebesar Rp 7.000 menjadi Rp 869.000/gram, dari perdagangan hari sebelumnya Rp 862.000/gram.
Harga emas Antam dalam beberapa pekan terakhir cukup berfluktuasi di tengah sentimen yang beragam, mulai dari wabah virus corona (COVID-19) sebagai fokus utama investor hingga kebijakan stimulus pemerintah dan bank sentral dunia.
Lalu sentimen apa saja sebetulnya yang mempengaruhi harga emas Antam sampai saat ini?
Perang dagang
Sentimen pertama, ialah perang dagang yang dikobarkan AS dan China sejak tahun lalu yang berimbas pada ketidakpastian ekonomi global sehingga memaksa aset-aset safe haven diburu, termasuk emas global dan emas Antan.
Desember tahun lalu, usai menantang China dalam perang tarif perdagangan, Presiden AS Donald Trump pun mengobarkan perang dagang dengan Brasil dan Argentina. Saat itu langkah Trump berimbas pada penguatan harga emas global di Desember ke level US$ 1.458/troy ons.
Melalui akun Twitternya, saaat itu, Presiden Trump mengatakan akan menerapkan lagi bea masuk importasi baja dan aluminium dari Brasil dan Argentina. Kedua negara dituduh sengaja mendevaluasi mata uang mereka, yang menyebabkan petani di AS kehilangan daya saing.
Geopolitik, konflik AS-Iran
Sentimen kedua ialah konflik AS-Iran. Aksi balas 'pantun' antara Iran dan Amerika Serikat (AS) kembali terjadi pada awal Januari lalu. Presiden AS Donald Trump dalam cuitannya di Twitter mengingatkan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khomeini untuk "menjaga mulut", setelah dia menyebut Trump sebagai "badut.
Perang mulut ini merupakan kelanjutan dari eskalasi konflik di Timur Tengah setelah Trump membunuh Jenderal Iran Qassem Soleimani sewaktu meninggalkan bandara Baghdad dalam undangan resmi pemerintah Irak pada Jumat (3/01/2020).
Sentimen geopolitik ini membuat harga emas global sepanjang Januari-Maret naik 6%, tentu dengan tambahan sentimen terbaru yakni virus corona.
Virus Corona
Sentimen ketiga yakni virus corona atau covid-1. Meluasnya penyebaran wabah virus corona yang bermula dari kota Wuhan, Provinsi Hubei, China tersebut telah menyebar ke penjuru dunia tak terkecuali Indonesia. Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyatakan wabah tersebut menjadi pandemi.
Artinya bencana dunia dalam skala besar, sehingga berdampak pada pembatasan aktivitas sosial dan lain sebagainya karena sejumlah negara memberlakukan karantina wilayah (lockdown). Ketika ada pembatasan maka, roda perekonomian di seluruh dunia menjadi terganggu yang bisa berdampak ekonomi dunia memasuki resesi.
Kok bisa resesi? Resesi merupakan kondisi perekonomian yang mengalami penurunan secara signifikan dalam beberapa bulan, umumnya selama dua kuartal berturut-turut.
Suatu kondisi ekonomi dikatakan resesi ketika bisnis berhenti berkembang, PDB menurun dalam dua kuartal secara berturut-turut, tingkat pengangguran naik, dan nilai atau harga properti menurun drastis.
Stimulus pemerintah dan bank sentral
Sementara sentimen yang keempat yaitu kebijakan mega stimulus pemerintah dan bank sentral juga ikut mempengaruhi harga emas Antam.
Saat ini pemerintah Indonesia menggelontorkan dana mencapai Rp 405,1 triliun yang akan digunakan untuk dana kesehatan sebesar Rp 75 triliun, Rp 110 triliun untuk jaring pengaman/perlindungan sosial atau social safety net (SSN), Rp 70,1 triliun untuk insentif perpajakan dan stimulus kredit usaha rakyat.
Dana tersebut termasuk Rp 150 triliun yang nantinya akan dialokasikan untuk pembiayaan program pemulihan ekonomi nasional, termasuk restrukturisasi kredit dan penjaminan serta pembiayaan untuk UMKM dan usaha.
Tak hanya itu pemerintah juga memberikan sederet stimulus guna meminimalisir dampak COVID-19 dengan percepatan kebijakan pajak PPH Badan yang turun menjadi 22% dan beberapa pengurangan biaya bagi pelaku bisnis.
Stimulus ini bertujuan untuk merangsang para pelaku pasar maupun investor untuk lebih aktif dalam menstabilkan roda perekonomian.
Stimulus tersebut sebetulnya cukup berhasil di awal-awal, yang berkontribusi bagi penguatan bursa saham domestik, sehingga berdampak pada penurunan harga emas Antam di tengah aksi risk appetite (sentimen risiko) alias kecenderungan investor mencari instrumen berisiko seperti saham.
Hal itu tercermin, misalnya terhadap kinerja indeks utama di Bursa Efek Indonesia (BEI) yakni Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Kendati menguat cukup tajam di awal-awal, tetapi IHSG mencatat kinerja bulanan terburuk dalam 12 tahun terakhir. Sepanjang bulan Maret, IHSG ambles 16,76%, menjadi yang terburuk sejak Oktober 2008 ketika ambrol lebih dari 31%.
Sepanjang Maret lalu, investor asing melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 5,29 triliun di pasar reguler dan non-reguler.
Indeks Dolar AS
Sentimen kelima yakni indeks dolar, ini adalah indeks yang mengukur keperkasaan dolar di hadapan enam mata uang lain. Ketika aksi buru terhadap dolar Amerika Serikat (AS) naik akibat meningkatnya kecemasan seputar dampak wabah corona yang bisa memicu resesi ekonomi dunia, kilau emas global biasanya pudar dibandingkan aset aman (safe haven) lainnya.
Penguatan dolar di satu sisi dan pelemahan emas di sisi lain mencerminkan dugaan bahwa kilau emas di mata pemodal global agak kalah menarik dibandingkan dengan safe haven lain seperti dolar AS, ataupun yen.
Selain itu, penguatan dolar sebagai mata uang membuat harga logam mulia tersebut yang sudah mahal jadi semakin mahal.
Sejumlah sentimen inilah yang berkontribusi bagi fluktuasi harga emas Antam. Ketika stimulus berjalan sesuai proyeksi, maka harga emas Antam cenderung tertekan.
Di sisi lain, ketika stimulus hanya memiliki rangsangan sesaat dan pasar kembali fokus pada krisis virus corona, ini mampu mendongkrak harga emas Antam. Emas adalah aset utama pada saat terjadi masalah sosial, politik atau keuangan alias menjadi aset aman di tengah krisis.
Hal ini senada dengan analis dari perusahaan perdagangan online OANDA, "Harga emas [tak bisa ditahan] harus naik karena penyebaran virus semakin intensif, di tengah upaya karantina wilayah untuk mengurangi penyebaran virus," kata Ed Moya, analis di platform OANDA. "[Penguatan] harga emas harus didukung karena resesi global yang akan datang di pasar [dampaknya] akan lebih dalam dan lebih lama."
"Tren yang lebih tinggi bagi emas, bagaimana pun, akan bergelombang karena stimulus dari bank sentral yang [membuat pasar] stabil kemungkinan akan terjadi, karena pemerintah menjadi putus asa mengumpulkan uang tunai," tambah Ed Moya.
(har/har) Next Article Happy Cuan! Sepekan Harga Emas Antam Meroket Rp 10.000/Gram
