
Sudah Sehatkan Keuangan Pribadimu? Simak Nih Cara Ngeceknya!

Menurut Rudiyanto dalam bukunya yang berjudul Reksa Dana: Pahami, Nikmati! (2019), ada empat rasio yang dipergunakan dalam melakukan financial check up, antara lain:
1. Rasio Pendapatan Terhadap Pengeluaran
Pendapatan adalah semua penghasilan yang sifatnya rutin seperti gaji dan penghasilan tidak rutin seperti komisi, bonus, dan lain-lain. Pengeluaran adalah semua pengeluaran mulai dari belanja kebutuhan rutin, transportasi, rekreasi, cicilan utang dan lainnya.
Yang tidak termasuk pengeluaran adalah kegiatan investasi seperti menabung uang di bank, membeli emas, reksa dana dan instrumen investasi lainnya secara uang tunai.
Misalkan pendapatan seseorang secara rata-rata bulanan Rp 12 juta dan pengeluaran anda adalah Rp 10 juta, maka Rasio Pendapatan Terhadap Pengeluaran adalah Rp 12 juta dibagi Rp 10 juta = 1,2. Termasuk sehat karena angka rasio di atas 1.
2. Rasio Cicilan Produktif & Cicilan Konsumtif
Dalam rangka memiliki aset, sangatlah wajar jika seseorang memiliki utang karena harganya yang selalu meningkat seperti: tanah, rumah, apartemen, mobil, motor.
Sepanjang utang tersebut kamu gunakan untuk tujuan yang sifatnya produktif, maka masih bisa dikatakan sehat secara keuangan.
Ada 2 kondisi berutang yang bisa menyebabkan seseorang dikatakan tidak sehat secara keuangan. Pertama cicilan utang produktif dibagi dengan total pendapatan bulanan lebih besar dari 30 persen.
Misalkan penghasilan seseorang Rp 10 juta, untuk menunjang tranportasi ke kantor anda mengambil cicilan mobil dengan nilai Rp 4 juta setiap bulan. Sehingga jika dihitung rasionya 40 persen (Rp 4 juta di bagi Rp 10 juta).
Kedua, cicilan utang konsumtif yang dibagi dengan total pendapatan bulanan lebih besar dari 0 persen. Yang dimaksud dengan cicilan utang konsumtif adalah cicilan yang dipergunakan untuk membeli barang yang sifatnya konsumtif seperti smartphone, barang elektronik, perhiasan, dan lainnya.
Artinya begitu punya utang konsumtif, seseorang langsung dinyatakan tidak sehat secara keuangan. Sedikit fleksibilitas, apabila smartphone dipergunakan untuk membantu pekerjaan bisa dikategorikan produktif. Jika mayoritas hanya digunakan untuk main game, maka termasuk kategori konsumtif.
3. Rasio Dana Darurat
Dana Darurat adalah sejumlah uang yang disimpan yang sifatnya mudah untuk dicairkan. Bisa berupa tabungan, emas batangan, ataupun reksa dana pasar uang. Seseorang dapat dikatakan sehat apabila rasio antara Dana Darurat dibandingkan dengan pengeluaran bulanannya antara 3–12 kali pengeluaran perbulannya.
Misalkan total tabungan di bank adalah Rp 30 juta, sementara rata-rata pengeluaran per bulan mencapai Rp 10 juta, maka diperoleh rasio 3 (Rp 30 juta dibagi Rp 10 juta).
Dana darurat sangat penting karena ketika terjadi kejadian seperti keluarga atau teman dekat masuk rumah sakit, terkena PHK, atau kondisi darurat lainnya, kita tidak perlu panik dan terpaksa menjual semua aset kita dengan harga Butuh Uang alias BU.
Bahkan ketika terjadi gejolak di bursa saham, sebagian dari dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk membeli di harga rendah. Semakin banyak anggota keluarga, maka semakin banyak dana darurat yang dibutuhkan. Namun terlalu banyak juga tidak baik karena hasil pada instrumen investasi yang mudah dicairkan itu biasanya tidak besar.
4. Rasio Uang Pertanggungan Asuransi Jiwa
Uang Pertanggungan Asuransi Jiwa adalah sejumlah uang yang dibayarkan kepada tertanggung apabila yang bersangkutan membeli asuransi jiwa dan mengalami risiko meninggal dunia.
Kenapa asuransi penting? Sebab ketika seorang kepala keluarga yang menjadi tulang punggung dalam mencari nafkah meninggal dunia, maka keluarga yang ditinggalkan tentu akan mengalami kesulitan.
Dengan asuransi jiwa tersebut, diharapkan bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga tersebut selama beberapa waktu sampai mereka bisa mandiri dan menafkahi diri sendiri. Sama seperti dana darurat, tidak ada asuransi jiwa tidak baik, tapi terlalu banyak juga tidak baik karena biaya premi asuransi yang dibayarkan cukup besar.
Besaran uang pertanggungan asuransi yang wajar untuk seseorang atau disebut juga dengan istilah Human Life Value adalah sekitar 8 – 10 tahun pengeluaran ditambah biaya pendidikan hingga anak lulus perguruan tinggi.
Sebagai contoh, jika pengeluaran per bulan adalah Rp 5 juta dan untuk menyekolahkan anak sampai dengan lulus butuh Rp 100 juta, maka besaran uang pertanggungan yang sesuai Human Life Value adalah Rp 5 juta x 120 bulan + Rp 100 juta = Rp 700 juta.
Mengapa asuransi lain seperti kesehatan, penyakit kritis dan cacat tetap tidak diperhitungkan? Sebab semua asuransi tersebut dalam kondisi terburuk sudah ditanggung negara melalui program BPJS Kesehatan, bisa juga sudah ditanggung melalui fasilitas asuransi yang diberikan oleh kantor.
Kesimpulan
Jadi, seseorang dikatakan sehat secara keuangan untuk menjadi seorang investor reksa dana maupun investor instrumen investasi lainnya yang diharapkan bisa mencapai kesuksesan finansial, jika sesuai dengan indikatornya sebagai berikut:
Indikator Rasio | Keterangan Sehat |
Pendapatan Terhadap Pengeluaran | > 1 |
Cicilan Produktif | Maks 30% |
Cicilan Konsumtif | Maks 0% |
Dana Darurat | Antara 3 - 12 kali |
Uang Pertanggungan Asuransi Jiwa | 8 - 10 Tahun + Biaya Pendidikan Anak |
Membuat kondisi keuangan yang sehat selalu tidak mudah. Apalagi bagi kaum muda yang baru pertama kali masuk kerja. Boro-boro ada yang bisa disisihkan. Bisa cukup sampai dengan akhir bulan saja sudah patut disyukuri.
Untuk itu, persiapan untuk 2 indikator yaitu dana darurat dan pertanggungan asuransi jiwa dapat dilakukan secara pararel. Artinya meski dana darurat dan asuransi jiwa belum punya atau masih sedikit, investasi reksa dana maupun investasi lainnya sudah bisa dimulai.
Jika memang penghasilannya benar-benar tidak cukup, minimal fokus pada dana darurat dulu. Asuransi baru penting ketika seseorang sudah menikah dan menjadi kepala keluarga.
Selamat Berivestasi... (yam/yam)