Tips Investasi

Mau Kebal Terhadap Resesi? Boleh Dicoba Deretan Investasi Ini

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
05 November 2019 10:01
Investasi Keuangan yang Tepat Saat Resesi
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Investasi keuangan kala perekonomian cenderung melambat:

1. Emas
Secara tradisional emas dikenal sebagai aset pelindung harta dari inflasi, ketika inflasi meningkat harga emas juga akan naik. Sampai saat ini, emas juga dipandang masih menjadi aset berharga yang dijadikan instrumen investasi.

Meski harga emas relatif dinamis, emas mudah dikelola, dicairkan, serta diperjualbelikan. D
alam 6-8 bulan terakhir, harga emas dunia telah meningkat lebih dari 15% (data per 4 November), ini membuktikan bahwa emas masih menjadi aset lindung nilai (safe haven) ketika ekonomi sedang melambat. Di Indonesia, emas Antam menjadi salah satu pilihan investasi.


2. Surat Berharga Negara (SBN)
SBN merupakan surat utang yang diterbitkan oleh Pemerintah, karena itu nilai maupun bunganya dijamin Pemerintah sehingga risiko menjadi paling minimal atau bersifat risk free.

SBN terutama jenis SUN (surat utang negara) memang lazimnya diperuntukkan untuk investor institusi (korporasi, dana pensiun, bank, asuransi, global), tapi kini pemerintah juga merilis SBN yang bersifat ritel untuk individu.

Ada beberapa produk SBN ritel yang diperuntukkan bagi individu-individu yang terdiri dari obligasi bersifat konvensional dan syariah. Adapun obligasi konvensional ialah: Obligasi Negara Ritel (ORI), Saving Bond Ritel (SBR). Untuk yang bersifat syariah: Sukuk Ritel (Sukri) dan Sukuk Tabungan.

Instrumen tersebut bisa diperoleh oleh masyarakat luas melalui
agen penjual berupa bank, perusahaan efek, dan fintech sehingga pembelian bisa dilakukan dengan online.
 


3. Deposito
Bagi masyarakat umum, produk keuangan yang diterbitkan perbankan yakni deposito bisa menjadi salah satu pilihan. Akan tetapi, hanya simpanan dengan batas maksimal Rp 2 miliar yang dijamin oleh institusi bernama Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Hingga Senin 4 November 2019, besarnya suku bunga penjaminan LPS adalah 6,5% pada bank umum dan 9% pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR), sementara produk deposito yang memberikan suku bunga di atas persentase tersebut juga tidak mendapat jaminan dari LPS.

Berinvestasi pada saat ekonomi melambat di deposito juga bisa dikatakan aman, dengan catatan mengikuti ketentuan LPS. Jika uang anda berlebih, sebaiknya pecahlah pada bank lain karena batas Rp 2 miliar tersebut hanya berlaku di satu bank saja.


4. Reksa Dana Non-Saham
Reksa dana adalah produk yang dikeluarkan institusi bernama perusahaan manajer investasi (MI) dengan bank kustodian (BK) sebagai penyimpan dana nasabah. Karena itu pengelolaannya profesional karena harus mengikuti ketentuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Beberapa jenis investasi reksa dana yang bisa Anda manfaatkan di kala krisis yaitu: reksa dana pasar uang, reksa reksa dana pendapatan tetap, dan reksa dana proteksi.


5. Dolar AS
Dolar Amerika Serikat bisa dikatakan menjadi mata uang yang paling stabil jika dibandingkan dengan mata uang lainnya di seluruh dunia hingga saat ini. Selain itu, AS merupakan negara dengan ekonomi terbesar di dunia dan dolar AS merupakan mata uang utama dalam perdagangan utama dunia.

Dalam 5 tahun terakhir dolar AS mengalami kenaikan 15,7% terhadap rupiah, angkanya bahkan mencapai 47,4% dalam 10 tahun terakhir.

Sebaiknya berinvestasi pada dolar AS dalam bentuk deposito dolar maupun reksa dana pasar uang dolar, karena selain mendapatkan bunga juga mendapat keuntungan dari apresiasi nilai tukarnya.


TIM RISET CNBC INDONESIA

 

(yam/tas)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular