Momen Pilpres 2019, Pilih Investasi Apa yang Cocok?

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
12 April 2019 18:11
Bagaimana momen pemilu ini bisa dimanfaatkan di pasar keuangan dan investasi?
Foto: Calon Presiden 01 Joko Widodo dan Calon Presiden 02 Prabowo Subianto saat mengikuti Debat Capres ke-empat dengan tema ideologi, pemerintahan, pertahanan dan keamanan, serta hubungan internasional di Hotel Shangri-La, Sabtu (30/3/2019). (REUTERS / Willy Kurniawan)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemilihan Umum 2019 akan dihelat pada pekan depan, 17 April, yang akan menjadi momen berharga bagi masyarakat untuk memilih calon presiden dan wakil presiden serta calon anggota legislatif dan dewan perwakilan daerah.

Bagaimana momen pemilu ini bisa dimanfaatkan di pasar keuangan dan investasi?

Bank Commonwealth merekomendasikan reksa dana saham sebagai pilihan investasi pada April ini untuk jangka menengah-panjang, karena menawarkan imbal hasil atau return yang lebih tinggi dibanding instrumen investasi lain.

Head of Wealth Management and Client Growth Bank Commonwealth Ivan Jaya mengatakan, sejak Maret lalu, investor global sudah melirik negara emerging markets sebagai tujuan investasi. Ini sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, terutama yang terjadi di Amerika Serikat, Eropa dan China.


Masuknya investor asing terlihat dari menguatnya pasar saham Indonesia sebesar 0,39% pada Maret 2019 dari Februari lalu yang terkoreksi.

Sentimen lain di pasar keuangan dan investasi bersumber dari kebijakan bank sentral AS, The Fed, yang memberikan sinyal tidak akan menaikkan suku bunga tahun ini.

Sinyal sikap bersabar alias dovish dari The Fed cukup mengejutkan karena pada Desember 2018, bank sentral tersebut memproyeksikan adanya kenaikan suku bunga sebanyak dua kali pada 2019.

Senada dengan keputusan The Fed, Bank Indonesia juga kembali memutuskan mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate di angka 6,0%, dengan mempertimbangkan inflasi, pertumbuhan ekonomi global, pertumbuhan ekonomi domestik, dan nilai tukar rupiah.

"Investor asing akan mencermati pemilihan umum di Indonesia, ada beberapa kemungkinan investor asing akan coba mengambil langkah awal terlebih dahulu atau mungkin juga masih wait and see hingga hasil pemilu keluar," ungkap Ivan Jaya, dalam keterangan pers yang diterima CNBC Indonesia, dikutip Jumat (12/4/2019).

Bank Commonwealth mencatat, berdasarkan data historis di tiga pemilu sebelumnya, pasar saham Indonesia menghasilkan return positif dalam jangka waktu 6 bulan setelah pelaksanaan pemilu.

Selama 6 bulan setelah Pemilu 2004, IHSG naik sebesar 41%, sementara itu 6 bulan setelah Pemilu 2009, IHSG naik sebesar 25%. Adapun 6 bulan setelah Pemilu 2014, IHSG mencatatkan return sebesar 4%.

Menurut Ivan, laporan keuangan emiten di Bursa Efek Indonesia tahun lalu masih tercatat positif seiring dengan fundamental ekonomi dalam negeri yang terjaga.

Selalin itu, komitmen Bank Indonesia untuk menjaga iklim ekonomi yang kondusif juga menjadi bahan bakar bagi pertumbuhan ekonomi 2019 yang diprediksi ada di kisaran 5,0%-5,4%.

Dari sisi faktor eksternal, ekonomi negara maju diperkirakan melambat, sedangkan pertumbuhan ekonomi negara berkembang masih stabil dan bakal menjadi umpan menarik bagi investor asing untuk masuk ke pasar keuangan Tanah Air.

"Untuk investasi yang sifatnya jangka menengah-panjang, kami lebih melihat reksa dana saham sebagai pilihan utama dengan mempertahankan alokasi saham sebesar 70% di dalam portofolio. Karena di tahun 2019 ini, potensi kenaikan saham lebih menarik dibandingkan dengan aset kelas lainnya," kata Ivan.


(tas) Next Article January Effect Habis, Kinerja Reksa Dana Saham Loyo

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular