Saham Tambang Melesat Saat Harga Minyak dan Batu Bara Anjlok

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
23 November 2018 13:28
Koreksi harga minyak dan batu bara sebenarnya tidak terlalu bersahabat bagi pergerakan harga saham dari sektor ini.
Foto: S1AEUITDZFAAREUTERS/File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham dari sektor pertambangan pada sesi I menguat setelah mengalami tekanan dalam perdagangan beberapa hari sebelumnya. Koreksi harga minyak dan batu bara sebenarnya tidak terlalu bersahabat bagi pergerakan harga saham dari sektor ini.

Saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) naik 3,08% ke level Rp 4.350/saham. Di mana volume perdagangan saham tercatat mencapai 17 juta saham senilai Rp 74 miliar.

Lalu, saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik 2,8% menjadi Rp 20.175/saham. Volume perdagangan saham 1 juta saham senilai Rp 33 miliar.

Saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) naik 2,58% ke harga Rp 1.985/saham. Volume perdagangan saham tercatat mencapai 58 juta saham senilai Rp 117 miliar.

Kemudian, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) naik 1,44% ke level Rp 705/saham. Volume perdagangan 9 juta saham senilai Rp 6 miliar.

Demikian pula saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) naik 1,39% ke level Rp 2.920/saham dengan volume 2 miliar saham senilai Rp 8 miliar. Saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 1,17% ke level Rp 1.300/saham, dengan volume perdagangan 53 juta saham senilai Rp 69 miliar.


Pada perdagangan hari ini Jumat (23/11/2018) hingga pukul 10.12 WIB, harga minyak jenis brent kontrak Januari 2019 turun 1,47% ke level US$ 61,68/barel. Di waktu yang sama, harga minyak jenis light sweet kontrak Januari 2019 amblas 2,76% ke level US$ 53,12/barel.

Harga minyak kembali terjun bebas pascakemarin juga tertekan signifikan. Pada penutupan perdagangan Kamis (22/11/2018), harga harga brent yang menjadi acuan di Eropa jeblok 1,39%. Dengan hari ini, lanjut melemah dalam, harga minyak Benua Biru tersebut  jatuh ke level terendahnya sejak awal Desember 2017.
Sementara, perdagangan minyak light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) diliburkan kemarin menyusul perayaan Thanksgiving. Namun, dengan pergerakannya hari ini, harga light sweet kembali mendekati level terendahnya sejak akhir Oktober 2017.

Sentimen negatif masih membayangi pergerakan harga sang emas hitam pada hari ini, utamanya datang dari pasokan minyak mentah di pasar global yang masih cenderung oversupply. Selain itu, kemesraan Arab Saudi-AS pun masih menjadi pemberat pergerakan harga.

Di hari yang sama, harga batu bara Newcastle turun tipis 0,05% ke US$ 102,4/metrik ton (MT) pada penutupan perdagangan Kamis (22/11/2018). Harga batu bara masih bergerak belum jauh dari level terendahnya dalam 6 bulan terakhir.

Sejumlah sentimen negatif memang masih "menghantui" harga komoditas ini. Dari mulai tingkat konsumsi China yang lemah hingga pemangkasan impor China. Meski demikian, masih naiknya impor batu bara China dan India secara mingguan masih menahan kejatuhan harga kemarin.

Meski sudah memasuki musim dingin, tingkat konsumsi batu bara masih cukup lemah di China. Mengutip China Coal Transport & Distribution, konsumsi batu bara di China bagian tengah dan selatan masih cukup lambat. Hal itu dipertegas dengan stok batu bara yang memang masih berada di level yang tinggi.

Menurut data China Coal Resource, stok batu bara pada 6 pembangkit listrik utama China meningkat dalam lima pekan secara berturut-turut, ke level tertingginya sejak Januari 2015. Teranyar, stoknya meningkat 0,59% secara mingguan (week-to-week/WtW) ke level 17,06 juta ton.

[Gambas:Video CNBC]
(hps/miq) Next Article Video: Bos LPS Soal Bunga "Khusus" Bank - Penjaminan Polis Asuransi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular