Saham Ditinggal, Obligasi Negara Moncer

Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
22 October 2018 14:48
Sejak awal tahun, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS telah terdepresiasi sebesar 12%. Bagaiman obligasi?
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak awal tahun, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS telah terdepresiasi sebesar 12%. Pelemahan rupiah tak lepas dari derasnya aliran modal asing yang keluar dari pasar keuangan domestik.

Sejak awal tahun tahun sampai saat ini, aliran modal asing yang keluar dari pasar saham mencapai Rp 56,3 triliun. Keluarnya modal asing pada tahun ini, melampaui nilai net sell dalam kurun waktu lima tahun ke belakang.

Aksi jual bersih yang dilakukan investor asing di pasar modal domestik pada 2017 hanya mencapai Rp 40 triliun. Kemudian pada 2015 hanya Rp 22,58 triliun, dan di 2013 cuma Rp 20,46 triliun.

Bank Indonesia (BI) melihat justru obligasi negara yang mulai kebagian cuan. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah mengungkapkan saat ini terjadi 'net buy' di pasar obligasi negara.

Saham Ditinggal, Obligasi Negara MoncerFoto: CNBC Indonesia


"Di tengah masih tingginya tekanan di pasar keuangan dunia, arus modal portofolio global ke pasar obligasi negara dalam sepekan terakhir mencapai Rp 3,3 triliun," kata Nanang kepada CNBC Indonesia, Senin (22/10/2018).

"Hari ini investor asing juga tercatat melakukan net beli di pasar sekunder SBN," imbuh Nanang.

Ia menjelaskan, masuknya arus modal tersebut ditopang oleh level yield obligasi negara yang cukup menarik. Selisihnya, sambung Nanang terhadap yield US Treasury bond mencapai 545 bps.

"Ini lebih tinggi dari yang ditawarkan India dan Filipina. Secara ril, yield obligasi negara Indonesia menawarkan level yang tertinggi," ungkap Nanang.

"Ini karena dengan nominal yield yang mencapai 8,65% dan inflasi yang cukup rendah di sekitar 3,0 %, imbal hasil obligasi secara real yang ditawarkan mencapai 5,65%, tertinggi dalam skala negara emerging market setelah yg dirawarkan obligasi pemerintah Brazil (6,15%)."

Lebih jauh Nanang menyampaikan, adanya net buy di sektor obligasi cukup baik bagi Indonesia. Pasalnya Indonesia masih mengalami defisit transaksi berjalan.

"Arus modal masuk bagi India, Filipina, dan Indonesia diperlukan karena tiga negara mengalami defisit neraca transaksi berjalan," tutup Nanang.





(hps) Next Article Pengelola Dana Jumbo Buka-bukaan Soal Investasi di Obligasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular