
Pasar Obligasi Terkoreksi Seiring Pelemahan Rupiah
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
22 October 2018 11:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah terkoreksi tipis pada awal perdagangan hari ini seiring dengan melemahnya nilai tukar rupiah. Data Revinitif menunjukkan, terkoreksinya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Seri acuan yang paling terkoreksi adalah seri 10 tahun, dengan kenaikan yield 3 basis poin (bps) menjadi 8,67%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain juga terkoreksi yaitu seri 5 tahun dan 15 tahun dengan kenaikan yield 0,2 bps dan 2 bps menjadi 8,51% dan 8,87%. Seri lain yang juga menjadi acuan yaitu seri 20 tahun masih berhasil menguat pagi ini, dengan penurunan yield 1 bps menjadi 9,01%. Nilai tukar rupiah sempat terkoreksi tadi pagi hingga Rp 15.195 per dolar AS, tetapi saat ini masih stagnan di Rp 15.185 per dolar AS.
Pelemahan rupiah diiringi oleh naiknya harga minyak dan potensi konflik di Timur Tengah, ketika AS dan Arab Saudi bersitegang terkait hilangnya kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi dan tuduhan pembunuhan tokoh tersebut di konsulat Arab Saudi di Turki.
Sumber: Revinitif
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa menjadi 548 bps, melebar dari posisi pekan lalu 541 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik lagi hingga 3,19% karena adanya tekanan jual menjelang lelang nanti malam serta tidak kondusifnya iklim investasi dunia. Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 848,65 triliun SBN, atau 37,04% dari total beredar Rp 2.291 triiliun.
Angka kepemilikannya masih negatif Rp 2,2 triliun dibanding posisi September Rp 850,85 triliun, tetapi persentasenya masih naik dari posisi awal Oktober 36,89%. Koreksi di pasar surat utang hari ini tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,15% menjadi 5.845 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah stagnan menjadi Rp 15.185 di hadapan tiap dolar AS, setelah tadi pagi sempat melemah di Rp 15.195 per dolar AS. Penguatan dolar AS tidak seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang masih melemah tipis 0,05% menjadi 95,666.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/wed) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Seri acuan yang paling terkoreksi adalah seri 10 tahun, dengan kenaikan yield 3 basis poin (bps) menjadi 8,67%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain juga terkoreksi yaitu seri 5 tahun dan 15 tahun dengan kenaikan yield 0,2 bps dan 2 bps menjadi 8,51% dan 8,87%. Seri lain yang juga menjadi acuan yaitu seri 20 tahun masih berhasil menguat pagi ini, dengan penurunan yield 1 bps menjadi 9,01%. Nilai tukar rupiah sempat terkoreksi tadi pagi hingga Rp 15.195 per dolar AS, tetapi saat ini masih stagnan di Rp 15.185 per dolar AS.
Yield Obligasi Negara Acuan 22 Oct 2018 | ||||
Seri | Benchmark | Yield 19 Okt 2018 (%) | Yield 22 Oct 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0063 | 5 tahun | 8.514 | 8.516 | 0.20 |
FR0064 | 10 tahun | 8.638 | 8.677 | 3.90 |
FR0065 | 15 tahun | 8.852 | 8.877 | 2.50 |
FR0075 | 20 tahun | 9.03 | 9.012 | -1.80 |
Avg movement | 1.20 |
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa menjadi 548 bps, melebar dari posisi pekan lalu 541 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik lagi hingga 3,19% karena adanya tekanan jual menjelang lelang nanti malam serta tidak kondusifnya iklim investasi dunia. Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 848,65 triliun SBN, atau 37,04% dari total beredar Rp 2.291 triiliun.
Angka kepemilikannya masih negatif Rp 2,2 triliun dibanding posisi September Rp 850,85 triliun, tetapi persentasenya masih naik dari posisi awal Oktober 36,89%. Koreksi di pasar surat utang hari ini tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,15% menjadi 5.845 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah stagnan menjadi Rp 15.185 di hadapan tiap dolar AS, setelah tadi pagi sempat melemah di Rp 15.195 per dolar AS. Penguatan dolar AS tidak seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang masih melemah tipis 0,05% menjadi 95,666.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/wed) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Most Popular