
'Obligasi Hijau' Rupiah Perdana Laris Rp 2 T
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
08 October 2018 10:18

Jakarta, CNBC Indonesia - International Finance Corporation (IFC), anggota dari Bank Dunia berhasil meraup US$ 134 juta atau setara Rp 2 triliun dari penerbitan perdana emisi Green Bond dalam bentuk mata uang rupiah.
Berdasarkan keterangan resmi Bank Dunia yang dikutip CNBC Indonesia, Senin (8/10/2018), penerbitan obligasi hijau ini akan digunakan untuk investasi kepada proyek-proyek ramah lingkungan yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Minat yang kuat dari sejumah investor terhadap obligasi hijau tersebut, membuktikan bahwa minat investor untuk berinvestasi secara sosial di Indonesia cukup besar.
"Ini komitmen kami untuk mendukung Indonesia dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan secara lingkungan," jelas Wakil Presiden OFC untuk Asia Pasifik Nena Stoiljkovic.
"Ini memungkingkan kami untuk memobilisasi pendanaan internasional ke dalam proyek ramah iklim di Indonesia. Kami bermaksud untuk mereplikasi dan meningkatkan model ini untuk mengatasi perubahan iklim," katanya.
Kepala SSA DCM, J.P. Morgan John Lee Tin menilai, meskipun volatilitas di negara berkembang cukup tinggi, namun kelebihan permintaan dari penerbitan emisi green bond tersebut dianggap sebagai capaian yang cukup positif.
"Selain itu, IFC memperluas cakupan jangkauan green bond dengan investor untuk upaya kesadaran iklim,' jelasnya.
Sejak meluncurkan program obligasi hijau, IFC telah mengumpulkan miliaran dolar untuk pembangunan energi bersih, kota pintar, sampai dengan bangunan dan keuangan hijau.
Dalam laporannya, IFC menerbitkan 32 obligasi hijau senilai US$ 1,8 miliar. Adapun jumlah proyek yang didukung oleh emisi green bond melonjak menjadi 52 proyek di 2018, dari sebelumnya 32 proyek di 2017.
Portofolio ini digunakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca setiap tahun sebesar 6,3 juta ton metrik ton.
Sepanjang tahun ini, IFC obligasi hijau telah mendukung secara kumulatif 177 proyek investasi dan telah membantu negara-negara seperti Indonesia, Filipina, dan negara-negara lain.
(dru) Next Article Pengelola Dana Jumbo Buka-bukaan Soal Investasi di Obligasi
Berdasarkan keterangan resmi Bank Dunia yang dikutip CNBC Indonesia, Senin (8/10/2018), penerbitan obligasi hijau ini akan digunakan untuk investasi kepada proyek-proyek ramah lingkungan yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Minat yang kuat dari sejumah investor terhadap obligasi hijau tersebut, membuktikan bahwa minat investor untuk berinvestasi secara sosial di Indonesia cukup besar.
![]() |
"Ini komitmen kami untuk mendukung Indonesia dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan secara lingkungan," jelas Wakil Presiden OFC untuk Asia Pasifik Nena Stoiljkovic.
"Ini memungkingkan kami untuk memobilisasi pendanaan internasional ke dalam proyek ramah iklim di Indonesia. Kami bermaksud untuk mereplikasi dan meningkatkan model ini untuk mengatasi perubahan iklim," katanya.
Kepala SSA DCM, J.P. Morgan John Lee Tin menilai, meskipun volatilitas di negara berkembang cukup tinggi, namun kelebihan permintaan dari penerbitan emisi green bond tersebut dianggap sebagai capaian yang cukup positif.
"Selain itu, IFC memperluas cakupan jangkauan green bond dengan investor untuk upaya kesadaran iklim,' jelasnya.
Sejak meluncurkan program obligasi hijau, IFC telah mengumpulkan miliaran dolar untuk pembangunan energi bersih, kota pintar, sampai dengan bangunan dan keuangan hijau.
Dalam laporannya, IFC menerbitkan 32 obligasi hijau senilai US$ 1,8 miliar. Adapun jumlah proyek yang didukung oleh emisi green bond melonjak menjadi 52 proyek di 2018, dari sebelumnya 32 proyek di 2017.
Portofolio ini digunakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca setiap tahun sebesar 6,3 juta ton metrik ton.
Sepanjang tahun ini, IFC obligasi hijau telah mendukung secara kumulatif 177 proyek investasi dan telah membantu negara-negara seperti Indonesia, Filipina, dan negara-negara lain.
(dru) Next Article Pengelola Dana Jumbo Buka-bukaan Soal Investasi di Obligasi
Most Popular