
75% Milenial Beli Rumah untuk Investasi
Arina Yulistara, CNBC Indonesia
16 May 2018 16:28

Jakarta, CNBC Indonesia- Generasi milenial mulai melek terhadap investasi. Bahkan sebagian dari mereka berpikir kalau investasi terbaik adalah dengan mengalokasikan uang ke properti.
Survei dari Rumah123 yang melibatkan 1.922 responden dan dilakukan mulai 13 Maret sampai 27 April 2018. Seluruh responden berasal dari Jabodetabek serta beberapa kota besar di Pulau Jawa seperti Bandung dan Surabaya.
Profil responden juga beraneka ragam mulai dari usia 22 sampai di atas 45 tahun. Penghasilan dari masing-masing responden juga bervariasi mulai Rp 5 juta hingga di atas Rp 30 juta. Begitu pula profesi para responden, 54% bekerja sebagai staff, 17% manager, 12,04% ibu rumah tangga, 6,05% CEO atau direktur, 2,52% mahasiswa, dan 1,01% pensiunan.
Hasil survei menunjukkan bahwa banyak milenial yang pertama kali membeli hunian bukan untuk tempat tinggal tapi berinvestasi. 75% milenial di usia 29 sampai 35 tahun mencari properti untuk dijadikan investasi. Survei juga mengungkap kalau 60,32% milenial dengan umur 22 hingga 28 tahun membeli rumah buat investasi masa depan.
Country General Manager Rumah123 Ignatius Untung, mengatakan bahwa generasi milenial cenderung menggolongkan dirinya sebagai investor. Mereka mencari properti yang memiliki harga terjangkau.
"Responden milenial sudah cukup sadar bahwa properti memiliki return yang bagus. Jadi, meski bukan hunian idamannya saat mampu membeli sebuah properti maka mereka akan berpikir itu sebagai bentuk investasi," ujar Untung seperti dalam press release yang diterima CNBC Indonesia, Rabu (16/5/2018).
Berdasarkan data survei juga terlihat kalau profil investor Indonesia masih lugu. Mereka masih melihat kenaikan harga pasar daripada mencari peluang yang lebih besar. Maka dari itu, rumah murah masih menjadi incaran terutama kaum milenial.
42,31% responden dengan penghasilan kurang dari Rp 10 juta memilih membeli properti murah sekitar Rp 250 juta sampai Rp 500 juta. Sementara jumlah responden berpenghasilan serupa yang membeli hunian di bawah Rp 250 juta sekitar 26,92%.
Untuk rumah seharga Rp 500 juta ke atas, hanya sekitar 21% responden berpenghasilan di bawah Rp 10 juta yang berani membelinya. Hampir sama dengan responden yang memiliki penghasilan sekitar Rp 20 juta hingga Rp 30 juta, 50% memilih rumah yang harganya tidak terlalu tinggi di angka Rp 250 juta sampai Rp 500 juta.
Setelah membeli rumah, ada responden yang memilih menyewakankannya atau menunggu beberapa tahun baru dijual agar harga meningkat. Angka menunjukkan bahwa 55,07% responden dengan penghasilan yang beragam (mulai dari Rp 5 juta sampai di atas Rp 30 juta) memilih menyewakan properti mereka.
Sementara 35,87% responden mengaku tidak langsung menyewakan dan memilih untuk menahannya selama beberapa tahun baru dijual ketika nilainya naik. Hanya 9,06% responden yang membeli properti, direnovasi, lalu langsung jual.
(gus) Next Article Tips Atur Keuangan Selama Covid-19, Jangan Sampai Boncos
Survei dari Rumah123 yang melibatkan 1.922 responden dan dilakukan mulai 13 Maret sampai 27 April 2018. Seluruh responden berasal dari Jabodetabek serta beberapa kota besar di Pulau Jawa seperti Bandung dan Surabaya.
Hasil survei menunjukkan bahwa banyak milenial yang pertama kali membeli hunian bukan untuk tempat tinggal tapi berinvestasi. 75% milenial di usia 29 sampai 35 tahun mencari properti untuk dijadikan investasi. Survei juga mengungkap kalau 60,32% milenial dengan umur 22 hingga 28 tahun membeli rumah buat investasi masa depan.
Country General Manager Rumah123 Ignatius Untung, mengatakan bahwa generasi milenial cenderung menggolongkan dirinya sebagai investor. Mereka mencari properti yang memiliki harga terjangkau.
"Responden milenial sudah cukup sadar bahwa properti memiliki return yang bagus. Jadi, meski bukan hunian idamannya saat mampu membeli sebuah properti maka mereka akan berpikir itu sebagai bentuk investasi," ujar Untung seperti dalam press release yang diterima CNBC Indonesia, Rabu (16/5/2018).
Berdasarkan data survei juga terlihat kalau profil investor Indonesia masih lugu. Mereka masih melihat kenaikan harga pasar daripada mencari peluang yang lebih besar. Maka dari itu, rumah murah masih menjadi incaran terutama kaum milenial.
42,31% responden dengan penghasilan kurang dari Rp 10 juta memilih membeli properti murah sekitar Rp 250 juta sampai Rp 500 juta. Sementara jumlah responden berpenghasilan serupa yang membeli hunian di bawah Rp 250 juta sekitar 26,92%.
Untuk rumah seharga Rp 500 juta ke atas, hanya sekitar 21% responden berpenghasilan di bawah Rp 10 juta yang berani membelinya. Hampir sama dengan responden yang memiliki penghasilan sekitar Rp 20 juta hingga Rp 30 juta, 50% memilih rumah yang harganya tidak terlalu tinggi di angka Rp 250 juta sampai Rp 500 juta.
Setelah membeli rumah, ada responden yang memilih menyewakankannya atau menunggu beberapa tahun baru dijual agar harga meningkat. Angka menunjukkan bahwa 55,07% responden dengan penghasilan yang beragam (mulai dari Rp 5 juta sampai di atas Rp 30 juta) memilih menyewakan properti mereka.
Sementara 35,87% responden mengaku tidak langsung menyewakan dan memilih untuk menahannya selama beberapa tahun baru dijual ketika nilainya naik. Hanya 9,06% responden yang membeli properti, direnovasi, lalu langsung jual.
(gus) Next Article Tips Atur Keuangan Selama Covid-19, Jangan Sampai Boncos
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular