
Investasi Ini Bisa Bantu Pemerintah Bangun Infrastruktur
Monica Wareza, CNBC Indonesia
25 February 2018 11:40

Jakarta, CNBC Indonesia- Pemeritah terus menggiatkan pembangunan infrastruktur sejak beberapa tahun terakhir, mulai dari Sumatera hingga Papua. Dari mana dana pembangunan infrastruktur ini berasal? Banyak di antaranya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang setiap tahun dianggarkan pemerintah.
Sebagai penduduk Indonesia tentu pernah terpikirkan kenapa utang pemerintah terus bertambah? Apa pemerintah tidak sanggup membiayai APBN lagi? Bisakah kita sebagai penduduk Indonesia, yang biasa-biasa saja, dengan pendapatan biasa saja ikut membantu pemerintah membangun infrastruktur?
Jawabannya, ya tentu saja! Tapi bagaimana caranya?
Jadi, pemerintah selain menerbitkan instrumen utang yang ditujukan untuk investor institusi juga mengeluarkan instrumen yang dibuatkan spesial untuk penduduk Indonesia yang mau berkontribusi membiayai pembangunan.
Sejauh ini sudah ada empat instrumen yang diterbitkan pemerintah dan dikhususkan untuk investor ritel, khususnya Warga Negara Indonesia (WNI). Instrumen tersbut antara lain Obligasi Negara Ritel (ORI), Saving Bonds Ritel (SBR), Sukuk Ritel (Sukri) dan Sukuk Tabungan.
Mari kita bahas satu-persatu instrumen tersebut.
Obligasi Negara Ritel (ORI)
Instrumen ini sama dengan obligasi korporasi, hanya pembedanya adalah penerbitnya saja. Jika obligasi korporasi yang menerbitkan adalah perusahaan baik BUMN atau swasta, ORI ini diterbitkan oleh pemerintah.
Berdasarkan situs Kementerian Keuangan (Kemenkeu) selain berfungsi sebagai salah satu sumber pembiayaan defisit APBN, ORI juga menjadi alternatif investasi bagi masyarakat, khususnya investor ritel. Selain itu, penerbitan ORI merupakan salah satu strategi Pemerintah untuk melakukan pendalaman pasar Surat Berharga Negara, dengan memanfaatkan potensi besarnya jumlah penduduk Indonesia.
Untuk bisa membeli ORI ini, pemerintah mematok nilai minimal pembelian sebesar Rp 5 juta dan maksimal Rp 5 miliar. Untuk membelinya, investor bisa langsung datang ke agen-agen penjual seperti bank dan perusahaan sekuritas yang bekerja sama.
Saving Bonds Ritel (SBR)
Tak jauh berbeda dengan ORI, SBR juga merupakan instrumen investasi. Bedanya, jika besaran kupon ORI sudah ditentukan sejak awal penerbitan, maka SBR memiliki kupon mengambang dengan kupon minimal (floating with floor). Tingkat kupon SBR akan disesuaikan per tiga bulan sesuai dengan patokan yang digunakan, yaitu tingkat bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk bank umum.
Selain itu, karena menggunakan kata saving, maka SBR tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Tak sama dengan ORI yang bisa diperdagangkan setelah pembelian pertama di pasar perdana. Artinya, setrelah melakukan pembelian ORI, investor harus menunggu hingga obligasi tersebut jatuh tempo (hold to maturity).
Sukuk Ritel (Sukri)
Instrumen ini dikhususkan untuk jenis investor yang lebih memilih untuk berinvestasi pada instrumen syariah. Instrumen ini juga bisa diperdagangkan di pasar sekunder dan memiliki tingkat bunga tetap. Pemerintah juga akan memberikan bunga tiap bulannya.
Dalam website Kemenkeu, Presiden Joko Widodo mengatakan, "Instrumen keuangan berbasis syariah di Indonesia punya potensi besar dan peran penting dalam kegiatan pembangunan nasional dan peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Berarti kita sekarang memiliki alternatif-alternatif dalam berinvestasi. Ini lah kebhinekaan negara kita.
Sukuk Tabungan
Sukuk Tabungan dapat lebih terjangkau oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia karena minimum pembelian yang lebih rendah (Rp 2 juta). Sukuk Tabungan juga memberikan imbalan tetap setiap bulan (fixed coupon), dan memiliki jangka waktu yang sesuai dengan kebutuhan tabungan investasi masyarakat (2 tahun).
Situs Kemenkeu menyebutkan bahwa meskipun Sukuk Tabungan tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder, namun ada fasilitas pencairan sebelum jatuh tempo (early redemption).
Jadi, dengan keempat instrumen tersebut, selain menguntungkan dalam berinvestasi juga membantu masyarakat Indonesia turut berperan dalam pembangunan negara.
(gus/gus) Next Article Apa Itu Obligasi: Pengertian, Jenis dan Bedanya Dengan Saham
Sebagai penduduk Indonesia tentu pernah terpikirkan kenapa utang pemerintah terus bertambah? Apa pemerintah tidak sanggup membiayai APBN lagi? Bisakah kita sebagai penduduk Indonesia, yang biasa-biasa saja, dengan pendapatan biasa saja ikut membantu pemerintah membangun infrastruktur?
Jadi, pemerintah selain menerbitkan instrumen utang yang ditujukan untuk investor institusi juga mengeluarkan instrumen yang dibuatkan spesial untuk penduduk Indonesia yang mau berkontribusi membiayai pembangunan.
Sejauh ini sudah ada empat instrumen yang diterbitkan pemerintah dan dikhususkan untuk investor ritel, khususnya Warga Negara Indonesia (WNI). Instrumen tersbut antara lain Obligasi Negara Ritel (ORI), Saving Bonds Ritel (SBR), Sukuk Ritel (Sukri) dan Sukuk Tabungan.
Mari kita bahas satu-persatu instrumen tersebut.
Obligasi Negara Ritel (ORI)
Instrumen ini sama dengan obligasi korporasi, hanya pembedanya adalah penerbitnya saja. Jika obligasi korporasi yang menerbitkan adalah perusahaan baik BUMN atau swasta, ORI ini diterbitkan oleh pemerintah.
Berdasarkan situs Kementerian Keuangan (Kemenkeu) selain berfungsi sebagai salah satu sumber pembiayaan defisit APBN, ORI juga menjadi alternatif investasi bagi masyarakat, khususnya investor ritel. Selain itu, penerbitan ORI merupakan salah satu strategi Pemerintah untuk melakukan pendalaman pasar Surat Berharga Negara, dengan memanfaatkan potensi besarnya jumlah penduduk Indonesia.
Untuk bisa membeli ORI ini, pemerintah mematok nilai minimal pembelian sebesar Rp 5 juta dan maksimal Rp 5 miliar. Untuk membelinya, investor bisa langsung datang ke agen-agen penjual seperti bank dan perusahaan sekuritas yang bekerja sama.
Saving Bonds Ritel (SBR)
Tak jauh berbeda dengan ORI, SBR juga merupakan instrumen investasi. Bedanya, jika besaran kupon ORI sudah ditentukan sejak awal penerbitan, maka SBR memiliki kupon mengambang dengan kupon minimal (floating with floor). Tingkat kupon SBR akan disesuaikan per tiga bulan sesuai dengan patokan yang digunakan, yaitu tingkat bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk bank umum.
Selain itu, karena menggunakan kata saving, maka SBR tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Tak sama dengan ORI yang bisa diperdagangkan setelah pembelian pertama di pasar perdana. Artinya, setrelah melakukan pembelian ORI, investor harus menunggu hingga obligasi tersebut jatuh tempo (hold to maturity).
Sukuk Ritel (Sukri)
Instrumen ini dikhususkan untuk jenis investor yang lebih memilih untuk berinvestasi pada instrumen syariah. Instrumen ini juga bisa diperdagangkan di pasar sekunder dan memiliki tingkat bunga tetap. Pemerintah juga akan memberikan bunga tiap bulannya.
Dalam website Kemenkeu, Presiden Joko Widodo mengatakan, "Instrumen keuangan berbasis syariah di Indonesia punya potensi besar dan peran penting dalam kegiatan pembangunan nasional dan peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Berarti kita sekarang memiliki alternatif-alternatif dalam berinvestasi. Ini lah kebhinekaan negara kita.
Sukuk Tabungan
Sukuk Tabungan dapat lebih terjangkau oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia karena minimum pembelian yang lebih rendah (Rp 2 juta). Sukuk Tabungan juga memberikan imbalan tetap setiap bulan (fixed coupon), dan memiliki jangka waktu yang sesuai dengan kebutuhan tabungan investasi masyarakat (2 tahun).
Situs Kemenkeu menyebutkan bahwa meskipun Sukuk Tabungan tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder, namun ada fasilitas pencairan sebelum jatuh tempo (early redemption).
Jadi, dengan keempat instrumen tersebut, selain menguntungkan dalam berinvestasi juga membantu masyarakat Indonesia turut berperan dalam pembangunan negara.
(gus/gus) Next Article Apa Itu Obligasi: Pengertian, Jenis dan Bedanya Dengan Saham
Most Popular