Harga Minyak Tertekan, Damai Rusia-Ukraina Jadi Beban

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
Selasa, 16/12/2025 12:45 WIB
Foto: minyak dunia

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia kembali melemah pada perdagangan Selasa pagi (16/12/2025), melanjutkan tren penurunan yang sudah terjadi sejak sesi sebelumnya. Tekanan datang dari kombinasi faktor geopolitik dan perlambatan ekonomi global, khususnya dari China.

Berdasarkan Refinitiv, pada pukul 10.05 WIB, harga minyak Brent tercatat di US$60,17 per barel, turun dibandingkan posisi sehari sebelumnya. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) berada di level US$56,46 per barel.

Pelemahan harga minyak terjadi seiring menguatnya optimisme pasar terhadap peluang tercapainya kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina. Prospek berakhirnya konflik tersebut dinilai berpotensi membuka jalan bagi pelonggaran sanksi terhadap Rusia, yang pada akhirnya dapat menambah pasokan minyak global ke pasar.


Optimisme tersebut menguat setelah Amerika Serikat dilaporkan menawarkan jaminan keamanan bergaya NATO kepada Ukraina dalam pertemuan tingkat tinggi di Berlin. Langkah yang tergolong tidak biasa ini memicu keyakinan di sejumlah ibu kota Eropa bahwa konflik Rusia-Ukraina mulai memasuki fase menuju meja perundingan.

Di sisi lain, tekanan juga datang dari China. Data ekonomi terbaru menunjukkan tanda-tanda perlambatan yang semakin nyata. Output pabrik China pada November tercatat tumbuh paling lambat dalam 15 bulan terakhir, sementara pertumbuhan penjualan ritel menjadi yang terlemah sejak Desember 2022, ketika pandemi COVID-19 masih membayangi aktivitas ekonomi.

Menurut analis pasar IG, Tony Sycamore, data ekonomi China yang lemah semakin memperkuat kekhawatiran bahwa permintaan global belum cukup kuat untuk menyerap pertumbuhan pasokan minyak yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Kondisi ini menjadi sentimen negatif tambahan bagi pergerakan harga.

Perlambatan ekonomi China dinilai berisiko menekan permintaan energi di negara konsumen minyak terbesar dunia tersebut, terlebih di tengah tren peningkatan penggunaan kendaraan listrik yang secara struktural mulai menggerus konsumsi bahan bakar fosil.

Sentimen negatif dari sisi permintaan ini bahkan menutupi kekhawatiran pasokan, meskipun Amerika Serikat baru-baru ini menyita sebuah kapal tanker minyak di lepas pantai Venezuela. Pasar menilai dampaknya terbatas karena masih melimpahnya pasokan minyak yang tersimpan di laut atau floating storage.

Selain itu, lonjakan pembelian minyak Venezuela oleh China sebagai langkah antisipasi terhadap potensi sanksi juga dinilai turut meredam dampak gangguan pasokan terhadap harga minyak global.

CNBC Indonesia


(emb/emb)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Ditutup Melemah 1,04% Hingga Harga Minyak Dunia Menguat