BI Pakai Cara Ini Selamatkan Rupiah, Tanpa Kuras Cadangan Devisa

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Rabu, 12/11/2025 19:10 WIB
Foto: Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo saat konferensi pers Hasil Rapat Berkala KSSK IV Tahun 2025 di Jakarta, Senin (3/11/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan kurs rupiah yang terjadi pada tahun ini telah membuat cadangan devisa Indonesia merosot karena kebutuhan intervensi stabilisasi yang dilakukan Bank Indonesia (BI).

Meski begitu, Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, penurunan itu sebetulnya sebatas disebabkan intervensi BI saat melaksanakan kebijakan stabilisasi kurs di pasar spot yang memerlukan uang tunai.


"Memang cadangan devisa kami itu turun karena intervensi yang secara tunai atau secara spot," ucap Perry saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Rabu (12/11/2025).

Namun, ia menekankan meski tekanan kurs sempat mencapai level kisaran Rp 17.000 pada April 2025 lalu, penurunan cadangan devisa atau cadev tidak langsung jatuh dalam.

Terutama karena BI kini lebih banyak melakukan intervensi di pasar non delivery forward (NDF) di luar negeri atau offshore maupun domestik. Transaksi di NDF dilakukan dengan kontrak derivatif.

Kebijakan inilah yang membuat cadangan devisa turunnya bertahap meski BI jor-joran stabilisasi kurs pada tahun ini.

Pada April 2025, cadev turun ke level US$ 153 miliar dari posisi Maret 2025 sebesar US$ 157 miliar. Lalu, kembali turun pada Juli 2025 menjadi US$ 152 miliar, Agustus US$ 151 miliar, dan September US$ 149 miliar, sebelum akhirnya kembali naik pada Oktober 2025 menjadi US$ 150 miliar.

"Kami perlu jelaskan bahwa stabilisasi nilai tukar rupiah kami semakin banyak dilakukan melalui non-delivery forward baik di pasar offshore maupun domestic non-delivery forward dan semakin kecil itu pada intervensi secara spot atau tunai," papar Perry.


(arj/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Rupiah Melemah, Tembus Rp 16.730 Per Dolar AS