Tak Terpengaruh Demo, Rupiah Perkasa ke Rp16.450/ US$

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
01 September 2025 09:06
Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berhasil dibuka menguat pada perdagangan awal pekan ini, setelah kekhawatiran akan situasi dalam negeri akibat aksi demonstrasi besar yang terjadi di beberapa wilayah, khususnya di Jakarta pada pekan lalu.

Melansir data Refinitiv, rupiah dibuka terapresiasi 0,21% di level Rp16.450/US$, setelah pada penutupan perdagangan Jumat (29/8/2025) pekan lalu, rupiah melemah 0,89% ke posisi Rp16.485/US$.Pelemahan tersebut menjadi yang paling tajam dalam empat bulan terakhir sekaligus menandai posisi terlemah rupiah sejak 1 Agustus 2025.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 09.00 WIB terpantau menguat tipis 0,06% ke level 97,82.

Pergerakan rupiah pada hari ini, tidak lepas dari meningkatnya ketidakpastian politik di tengah maraknya demonstrasi. Aksi massa yang berlangsung sejak pekan lalu menimbulkan kekhawatiran pasar terhadap stabilitas domestik yang meningkatkan tekanan pada aset berisiko domestik, termasuk rupiah.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, faktor domestik masih dominan menekan rupiah.

"Pemicu utama bersifat domestik, eskalasi demonstrasi di Jakarta yang meningkatkan ketidakpastian kebijakan serta faktor teknikal seperti permintaan USD di akhir bulan dan aksi ambil untung setelah reli sebelumnya," jelas Josua.

Menurutnya, rupiah pada awal September cenderung akan berkonsolidasi di kisaran Rp16.200-Rp16.500/US$, dengan Bank Indonesia (BI) tetap aktif melakukan smoothing di pasar.

Josua menambahkan, risiko utama rupiah dalam jangka pendek masih berasal dari dua hal, yakni eskalasi demonstrasi dalam negeri dan penguatan dolar AS di pasar global. Sebaliknya, penopang rupiah datang dari intervensi BI, laju inflasi yang tetap terjaga, serta sinyal disiplin fiskal pemerintah dalam jangka menengah hingga panjang.

Bank Indonesia sendiri menegaskan akan terus berada di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan kecukupan likuiditas rupiah. Pernyataan ini ditegaskan setelah aksi demonstrasi yang mewarnai sejumlah wilayah di Tanah Air sejak minggu lalu.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, Erwin Gunawan Hutapea, menuturkan bahwa BI berada di pasar untuk memastikan rupiah bergerak sesuai fundamental dengan mekanisme pasar yang sehat.

"Bank Indonesia terus memperkuat langkah-langkah stabilisasi, termasuk intervensi NDF di pasar off-shore dan intervensi di pasar domestik melalui transaksi spot, DNDF, dan SBN di pasar sekunder," ujar Erwin kepada CNBC Indonesia, Senin (1/9/2025).


(evw/evw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Efek Kebijakan Trump, Segini Harga Dolar AS Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular