HSBC Masuk Pembiayaan Berkelanjutan, Dua Perusahaan Ini Diguyur
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank HSBC Indonesia (HSBC Indonesia) resmi menyalurkan pembiayaan berkelanjutan baru melalui HSBC Sustainability Improvement Loan (SIL). Dalam peluncuran perdananya, Bank asal Inggris ini menggelontorkan kredit ke dua perusahaan skala menengah.
Adapun kedua perusahaan yang menerima kredit keberlanjutan ini adalah produsen trafo daya, distribusi, dan instrumen trafo PT Bambang Djaja (BD) dan distributor bahan kimia khusus PT Bahtera Adi Jaya (Bahtera). Dana dari fasilitas kredit HSBC SIL akan digunakan sebagai modal kerja untuk mendukung pertumbuhan bisnis BD dan Bahtera dalam melayani klien multinasional.
Banking Director Corporate and Institutional Banking, HSBC Indonesia (dalam proses persetujuan OJK), Steve Andoko mengatakan, HSBC Sustainability Improvement Loan ditujukan sebagai solusi pembiayaan yang dirancang untuk mengatasi kesenjangan dan memperluas akses terhadap pembiayaan berkelanjutan bagi usaha menengah, atau UMKM.
"Tujuan HSBC adalah mendukung bisnis agar dapat berkembang secara bertanggung jawab dan menavigasi kompleksitas transisi menuju ekonomi rendah karbon, sembari mengambil langkah awal yang berarti dalam mewujudkan ambisi keberlanjutan mereka," tutur Steve tertulis, dikutip Rabu, (12/11/2025).
Diketahui, skema kredit HSBC SIL menghubungkan margin bunga pinjaman terhadap kinerja debitur dalam penilaian dan peringkat keberlanjutan dari EcoVadis, standar global untuk rantai pasok berkelanjutan dengan lebih dari 150.000 pemeringkatan ESG. Struktur ini memberikan insentif dan dukungan bagi bisnis dari berbagai ukuran untuk mempercepat transisi menuju praktik yang lebih berkelanjutan.
Debitur HSBC SIL yang berhasil meningkatkan skor ESG dari EcoVadis, dapat memperoleh manfaat berupa penurunan suku bunga. Sebaliknya, suku bunga dapat meningkat jika skor debitur menurun.
Asal tahu saja, belakangan terjadi tren dimana perusahaan multinasional mewajibkan mitra rantai pasok mereka untuk mematuhi standar Environmental, Social dan Governance (ESG) global. Tren ini berdampak terhadap berbagai sektor utama industri seperti manufaktur, agribisnis, dan energi.
Namun, mayoritas perusahaan menengah yang baru memulai proses keberlanjutan masih kesulitan untuk mengakses Sustainability-Linked Loans (SLL), terutama karena keterbatasan sumber daya untuk mengukur dan melaporkan kinerja ESG. Melalui penilaian skor ESG EcoVadis, perusahaan menengah dapat mengidentifikasi area kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan.
.
(ayh/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Capai Rp796 T, BRI Catat Portofolio Sustainable Finance Terbesar di RI