Rupiah Dibuka Melemah, Dolar AS Kembali Tembus Rp16.700/US$
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah dibuka melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Jumat (7/11/2025).
Merujuk data Refinitiv, rupiah dibuka pada posisi Rp16.700/US$ atau mengalami pelemahan sebesar 0,06%. Setelah di perdagangan sebelumnya, Kamis (6/11/2025), rupiah berhasil menguat 0,06% ke level Rp16.690/US$.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 09.00 WIB terpantau menguat tipis 0,06% di level 99,796. Adapun, diperdagangan sebelumnya, DXY melemah 0,47% di posisi 99,733.
Pergerakan rupiah pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (7/11/2025) seiring dengan penantian pelaku pasar akan rilis data cadangan devisa (cadev) dan uang primer (M0) periode Oktober 2025 dari Bank Indonesia (BI).
BI dijadwalkan mengumumkan posisi cadangan devisa Oktober 2025 pada hari ini. Sebagai catatan, pada akhir September 2025 posisi cadev tercatat sebesar US$148,7 miliar, turun US$2 miliar dibandingkan Agustus 2025 yang mencapai US$150,7 miliar. Cadangan devisa menjadi indikator penting bagi perekonomian nasional karena berfungsi sebagai penopang stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso mengatakan bahwa perkembangan cadangan devisa tersebut dipengaruhi antara lain oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah serta kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah Bank Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi.
"Posisi cadangan devisa akhir September 2025 tersebut setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor," ujar Denny, dalam rilis resmi BI, Selasa (7/10/2025).
Selain itu, BI juga akan merilis posisi uang primer (M0) adjusted periode Oktober 2025. Pada September 2025, posisi uang primer tercatat sebesar Rp2.152,4 triliun, tumbuh 18,6% (year-on-year/yoy), meningkat signifikan dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 7,3% (yoy).
Dari eksternal, rupiah tengah mendapat angin segar dari pelemahan dolar AS di pasar global.
Dolar AS tertekan setelah serangkaian data swasta menunjukkan tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja Amerika Serikat.
Minimnya rilis data resmi akibat penutupan pemerintahan (government shutdown) membuat investor beralih pada survei dan laporan swasta yang menunjukkan bahwa sektor pemerintah dan ritel di AS mengalami penurunan lapangan kerja selama Oktober.
Selain itu, langkah efisiensi biaya dan meningkatnya adopsi kecerdasan buatan (AI) oleh berbagai perusahaan juga memicu lonjakan pengumuman pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor korporasi.
Kondisi tersebut memicu kekhawatiran akan perlambatan ekonomi AS, sehingga investor cenderung mengurangi eksposur terhadap dolar.
(evw/evw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Balik Menguat, Dolar AS Turun ke Rp16.570