Harga Minyak Melemah Usai Isu Gencatan Senjata Israel-Hamas

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
Kamis, 09/10/2025 10:30 WIB
Foto: minyak dunia

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia terpantau melemah pada awal perdagangan Kamis (9/10/2025) pukul 09.35 WIB, menurut data Refinitiv. Pelemahan ini terjadi seiring meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah setelah Israel dan Hamas dikabarkan mencapai kesepakatan tahap pertama untuk menghentikan perang di Gaza.

Berdasarkan data Refinitiv, harga minyak mentah Brent (LCOc1) pada perdagangan kemarin, Rabu (8/10/2025) ditutup di posisi US$66,25 per barel, lebih rendah dibandingkan posisi sehari sebelumnya di US$65,45 per barel. Sementara itu, harga West Texas Intermediate (WTI) tercatat di US$62,55 per barel, naik tipis dari posisi sebelumnya di US$61,73 per barel.

Pada hari ini, Kamis (9/10/2025), harga emas brent menguat 0,13% ke US$ 66,34 per barel sementara WTI naik 0,11% ke US$ 62,62 per barel.


Penurunan harga minyak ini menandai pergeseran sentimen pasar yang sebelumnya diwarnai kekhawatiran geopolitik. Kesepakatan gencatan senjata yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump disebut mencakup rencana pembebasan sandera serta penghentian operasi militer di Gaza. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga dijadwalkan menggelar rapat kabinet untuk mengesahkan kesepakatan tersebut.

Analis menilai, kabar ini menekan premi risiko geopolitik di kawasan Timur Tengah, yang selama dua tahun terakhir menjadi salah satu faktor utama penggerak harga minyak global. "Pasar kini menilai risiko gangguan pasokan dari kawasan tersebut mulai berkurang, sehingga investor mulai melepas posisi lindung nilai," ujar analis energi yang dikutip Reuters.

Sebelumnya, harga Brent sempat menyentuh level tertinggi dalam sepekan pada Rabu (8/10), didorong oleh kekhawatiran atas minimnya kemajuan dalam perundingan damai Ukraina yang berpotensi memperpanjang sanksi terhadap Rusia-salah satu eksportir minyak terbesar dunia. Namun, sentimen itu kini tertahan oleh perkembangan positif dari Timur Tengah.

Dari sisi fundamental, data terbaru dari Energy Information Administration (EIA) menunjukkan bahwa permintaan minyak di Amerika Serikat meningkat signifikan. Total pasokan produk minyak bumi AS yang digunakan-indikator konsumsi energi utama-naik menjadi 21,99 juta barel per hari, tertinggi sejak Desember 2022. Kenaikan ini mencerminkan aktivitas ekonomi AS yang masih solid meski suku bunga bertahan tinggi.

Namun, sebagian pelaku pasar masih berhati-hati. Meskipun ketegangan di Gaza mulai mereda, konflik di Ukraina, perlambatan ekonomi China, dan ketidakpastian pasokan dari OPEC+ masih berpotensi menjadi faktor penekan harga dalam jangka menengah. "Pasar energi belum sepenuhnya stabil. Investor masih menunggu arah kebijakan produksi OPEC+ dalam pertemuan berikutnya," kata laporan Energy Intelligence.

Dalam sepekan terakhir, harga Brent telah turun sekitar 1,6%, sementara WTI melemah 1,9%. Penurunan tersebut menunjukkan pasar mulai menyeimbangkan ekspektasi antara risiko geopolitik dan prospek permintaan global yang masih rentan terhadap pelemahan ekonomi.

CNBC Indonesia


(emb/emb)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Menkeu Purbaya Yakin IHSG In Short to The Moon