
BI Optimistis Rupiah Perlahan Bangkit Kuat Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) buka suara soal pelemahan rupiah bulan lalu. Diketahui, rupiah sempat menginjak level terendahnya selama empat bulan pada Jumat, (19/9/2025), yaitu di level Rp16.585/US$.
Merujuk data Refinitiv, pada penutupan perdagangan hari ini, Rabu (01/10/2025), mata uang garuda berhasil menguat hingga 0,36% ke level Rp16.600/US$. Meski demikian dalam sebulan ke belakang, Rupiah melemah 1,19%.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso menegaskan otoritas moneter akan selalu hadir di pasar untuk menjaga stabilitas rupiah. Menurutnya, BI terus melakukan intervensi menyeluruh baik di pasar domestik maupun offshore agar pergerakan rupiah tetap terkendali.
"Kita optimis dengan seiring berjalan-berjalannya waktu Rupiah akan menguat secara perlahan," pungkas Denny kepada wartawan, di Gedung Parlemen DPR, di Jakarta, Rabu, (1/10/2025).
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pelemahan mata uang tak hanya dialami rupiah, melainkan juga mata uang negara lain. Hal ini dipengaruhi kombinasi faktor domestik dan eksternal.
"Dan saya pikir ini tak hanya (terjadi pada) Rupiah, kalau dilihat semua mata uang juga akan terkena dampaknya terkait dengan bagaimana perkembangan global, termasuk khususnya bagaimana perkembangan di AS," kata Denny.
Sebagaimana diketahui, penguatan rupiah hari ini terjadi seiring pelemahan indeks dolar AS dan rilis data inflasi dalam negeri. indeks dolar AS (DXY) pada pukul 15.00 WIB terpantau tengah melemah 0,15% di level 97,637.
DXY kembali melanjutkan penurunan dalam empat hari beruntun, setelah pemerintah AS resmi shutdown untuk pertama kali sejak 2018, akibat dari kebuntuan antara pemerintah dengan oposisi partai Demokrat dalam menyepakati pendanaan.
Kondisi ini memicu kekhawatiran pelaku pasar seiring dengan sejumlah layanan publik yang berisiko akan tidak beroperasi, termasuk rilis laporan ketenagakerjaan bulanan yang sangat ditunggu investor. Dengan ketidakpastian ini, pelaku pasar kini lebih banyak mengandalkan data ketenagakerjaan versi swasta, seperti laporan ADP, sebagai acuan.
Hal ini membuat volatilitas pada dolar AS meningkat dengan kecenderungan terjadinya koreksi.
Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi September 2025 sebesar 0,21% (mtm), berbalik dari deflasi 0,08% pada Agustus.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemegang Dolar AS Siap-siap, BI Sebut Rupiah Akan Cenderung Menguat
