
Saham Big Tech Lewat, Cuan Investasi Kartu Pokmon Bikin Kaget

Jakarta, CNBC Indonesia - Bukan saham Big Tech atau kripto, kartu trading Pokémon kini muncul sebagai salah satu aset paling menguntungkan di kalangan investor ritel. Harga kartu yang menampilkan karakter imut seperti Pikachu hingga Charizard melonjak tajam, bahkan mengalahkan imbal hasil saham raksasa teknologi.
Mengutip The Wall Street Journal (WSJ), seorang sales berusia 27 tahun asal Ohio, Lucas Shaw, merasakan langsung cuan dari tren ini. Keuntungan yang diperoleh ia gunakan untuk membeli cincin tunangan dengan harga fantastis serta membiayai pernikahan.
Menurut data perusahaan analitik Card Ladder, kartu Pokémon mencatat imbal hasil kumulatif sekitar 3.821% sejak 2004, jauh di atas lonjakan S&P 500 sebesar 483% dalam periode yang sama. Bahkan performanya mengalahkan saham Meta Platforms yang naik 1.844% sejak IPO 2012.
Fenomena ini membuat sejumlah kolektor menganggap kartu Pokémon setara instrumen investasi formal. Justin Wilson, manajer periklanan berusia 32 tahun dari Oklahoma City, mengaku koleksinya senilai US$100.000 ia pandang seperti dana pensiun, sama seperti portofolio sahamnya.
Demam kartu Pokémon semakin memuncak sejak influencer Logan Paul membeli kartu langka "Pikachu Illustrator" senilai US$5,3 juta pada 2022, yang memecahkan rekor dunia.
Meski begitu, nilai kartu sangat bergantung pada kelangkaan, kondisi fisik, hingga penilaian autentikator. Satu lipatan kecil saja bisa memangkas harga signifikan, dan pasar juga dibayangi maraknya kartu palsu.
Banyak penggemar mengakui nilai kartu terikat pada nostalgia masa kecil. Matthew Griffin, arsitek perusahaan asal Arkansas, bahkan mengoleksi kartu untuk kelima anaknya sebagai "portofolio investasi" jangka panjang.
Meski digadang lebih stabil dibanding kartu bisbol, karena karakter Pokémon tidak terikat performa atlet dunia nyata, kritikus memperingatkan potensi gelembung harga. Tidak adanya standar harga serta jumlah kartu yang beredar menambah ketidakpastian.
Namun, bagi investor seperti Charlie Pryds asal Denmark, justru risiko inilah yang menarik. "Saya punya saham, kripto, lalu saya pikir kenapa tidak coba Pokémon juga. Kalau suka risiko, ini cara yang bagus," ujarnya, dikutip dari WSJ, Kamis (11/9/2025).
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi AS Suram, Asing Langsung Serbu Indonesia
