Bos Gudang Garam (GGRM) Buka Suara Soal PHK Massal
Jakarta, CNBC Indonesia — PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dikabarkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ribuan karyawan.
Kabar ini merebak setelah beredar video buruh Gudang Garam sedang melakukan perpisahan. Kabar ini semakin menambah awan gelap sektor ketenagakerjaan di Indonesia. Melandainya daya beli dan ekonomi nasional membuat penjualan dan produksi rokok turun sehingga perusahaan tidak punya pilihan lain selain melakukan PHK.
Terkait hal tersebut, Direktur & COrporate Secretary GGRM Heru Budiman membantah hal tersebut. Menurutnya yang terjadi adalah proses pelepasan 309 karyawan secara normatif, melalui mekanisme pensiun normal dan pensiun dini secara suka rela, serta berakhirnya kontrak kerja sesuai batas waktu kontrak kerja.
Heru mengatakan bahwa kejadian tersebut tidak memberikan dampak terhadap keberlangsungan operasional dan juga tidak menimbulkan masalah hukum.
"Saat ini operasional Perseroan berjalan seperti biasa, dari produksi hingga distribusi," katanya melalui keterbukaan informasi, dikutip Rabu (10/9/2025).
Sementara itu, Gudang Garam diketahui mencatat laba bersih hingga semester I tahun 2025 sebesar Rp 117,1 miliar. Laba tersebut anjlok 87,3% jika dibandingkan semester I tahun 2024 yang sebesar Rp 925,5 miliar.
Mengutip laporan keuangannya yang disampaikan melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), penurunan laba tersebut karena pendapatan GGRM hingga Juni 2025 turun 11,4% jadi Rp 44,3 triliun dari perolehan Juni 2024 yang sebesar Rp 50,01 triliun.
Biaya pokok pendapatan juga turun menjadi Rp 40,5 triliun. Maka laba kotor GGRM hingga Juni 2025 turun menjadi Rp 3,7 triliun dari Juni 2024 yang sebesar Rp 5,06 triliun.
Laba usaha GGRM hingga semester pertama juga anjlok signifikan menjadi Rp 513,7 miliar dari Juni 2024 yang sebesar Rp 1,613 triliun.
Penurunan tersebut karena pendapatan lainnya turun jadi Rp 148,7 miliar, sedangkan penurunan beban usaha hanya 5% jauh lebih kecil dari penurunan pendapatan dan menjadi Rp 3,4 triliun. Sementara itu, beban lainnya malah naik jadi Rp 2,3 miliar, dan perusahaan membukukan rugi kurs Rp 1,7 miliar dari sebelumnya mencatat laba Rp 39,3 miliar.
Total aset GGRM hingga semester I tahun ini juga menyusut jadi Rp 79,8 triliun dari aset akhir tahun 2024 yang sebesar Rp 84,9 triliun.
Heru mengatakan bahwa perusahaan telah meluncurkan beberapa produk baru pada 2024 sebagai upaya penyesuaian terhadap kondisi lesunya daya beli konsumen. "Perseroan akan terus melakukan langkah-langkah adaptif terhadap kondisi pasar yang saat ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan ketentuan cukai dan penanganan terhadap rokok yang tidak memenuhi ketentuan cukai," katanya.
(mkh/mkh)