BNI (BBNI) Buka-bukaan Bocoran Dividen Tahun Depan-Target Kredit
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) memberikan sinyal mengenai rencana pembagian dividen tahun depan. Besarannya pun ditetapkan dengan mempertimbangkan target kredit tahun ini.
Direktur Finance & Strategy BNI Hussein Paolo Kartadjoemena menyampaikan, bank perlu menjaga permodalan yang cukup untuk mendukung ekspansi kredit. Untuk dicatat, besaran dividen akan ditetapkan dalam RUPS tahunan.
"Kemungkinan besar dividend itu akan di-set di kisaran yang mirip dengan tahun sebelumnya yaitu 65%. Tapi tentu ini masih menunggu keputusan RUPS tahunan," kata Paolo dalam public expose Live, Senin, (8/9/2025).
Adapun tahun ini BNI menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 8% hingga 10%. Per Juni 2025, realisasi penyaluran kredit baru tumbuh 7% sehingga masih berada sedikit di bawah target.
"Namun kalau kita lihat secara historis, biasanya siklus pemberdayaan kredit itu lebih cenderung berat di semester kedua, terutama kuartal keempat. Memang siklus modal kerja atau siklus investasi dari perusahaan itu biasanya terjadi di penghujung tahun. Sehingga melihat tren sejauh ini, kita masih optimis," kata dia.
Kontribusi terbesar penyaluran kredit BNI masih berasal dari segmen korporasi. Segmen ini menyumbang lebih dari separuh bisnis BNI dan diperkirakan tumbuh sekitar 10% tahun ini.
Fokus utama diarahkan ke korporasi blue chip yang dinilai lebih tangguh terhadap fluktuasi ekonomi. Permintaan kredit juga masih kuat, terutama dari sektor fast moving consumer goods (FMCG), teknologi telekomunikasi, data center, hingga perusahaan menara telekomunikasi.
Selain itu, BNI melihat peluang pertumbuhan kredit yang lebih merata di segmen lain. Setelah empat tahun pembenahan, bank mulai optimistis mengembangkan kembali segmen UMKM dan komersial.
Pertumbuhan di dua segmen tersebut ditargetkan sekitar 5% hingga 10% secara hati-hati. BNI tetap mengutamakan kualitas aset dalam ekspansi kreditnya.
Sementara itu, segmen consumer juga dipandang cukup tangguh karena tingkat utang rumah tangga Indonesia masih relatif rendah. Namun, BNI menargetkan pertumbuhan segmen ini tidak agresif, hanya sekitar 10%.
(fsd/fsd)