Dana Asing Masuk RI Sisa-Sisa Vietnam, Nasib Rupiah 2025 Terancam?

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
Sabtu, 06/09/2025 08:30 WIB
Foto: Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah diprediksi masih akan menghadapi tekanan sepanjang 2025. CEO JP Morgan Indonesia Gioshia Ralie memprediksi,  mata uang RI bakal mencapai level Rp16.100 per dolar AS pada penghujung 2025.

Meskipun diperkirakan bakal tetap lemah di akhir tahun, ia memandang nilai tukar rupiah bisa menjadi lebih baik dan stabil dengan adanya dorongan dari industri riil di Indonesia, tidak hanya aliran dana portofolio.

"Rp16.000 itu ya lemah. Tapi, rupiah ini akan bisa lebih baik dan bisa lebih stabil, itu dengan adanya industri. Jadi bukan hanya dari portfolio money apakah dari fixed income" kata Gioshia, di Jakarta, dikutip Sabtu (6/9/2025).


Ia menyoroti kondisi pasar obligasi Indonesia yang saat ini minim minat asing. Porsi kepemilikan investor global di surat utang pemerintah kini hanya sekitar 15%, jauh menurun dibandingkan hampir 50% beberapa tahun lalu.

"Tidak heran karena memang suku bunga di Amerika cukup tinggi. Buat apa mereka beli bond Indonesia dengan FX (foreign exchange) yang seperti ini," kata Gioshia.

Ia melanjutkan, investasi juga menjadi faktor penting dalam pergerakan indeks nilai tukar rupiah (IDR). Baik itu investasi domestik atau asing, Gioshia menekankan perlu adanya proses birokrasi yang lebih mudah.

Butuh "Obat" untuk Support Rupiah

Menurutnya, perbaikan nilai tukar rupiah tidak bisa dilakukan dalam jangka menengah. Gioshia menilai "obatnya" adalah perbaikan fundamental, dan berkaitan dengan isu birokrasi dan produktivitas.

Ia mencontohkan Vietnam yang dinilai lebih menarik bagi investor karena memiliki produktivitas lebih baik serta proses pendirian industri yang lebih cepat. Hal ini membuat kapasitas investasi di Vietnam terserap habis sebelum mengalir ke Indonesia.

"Makanya di sana kapasitasnya habis, yang sisa baru ke sini. Itu sebabnya rupiah perlu waktu," jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, Head of Indonesia Research & Strategy JP Morgan Indonesia, Henry Wibowo menyoroti faktor dari pergerakan nilai tukar dolar alias DXY. Ia mengatakan pelemahan DXY juga menjadi faktor eksternal yang mendorong penguatan IDR.

"Pandangan kita 12 bulan ke depan adalah untuk trend USD untuk melemah. Jadi makanya kita forecastnya akhir tahun ini adalah Rp16.100," ucap Henry.

Adapun nilai tukar rupiah kembali tertekan terhadap dolar AS pada perdagangan terakhir pekan ini karena pada Jumat (5/9/2025), merupakan hari libur nasional untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Melansir dari Refinitiv, pada perdagangan Kamis (4/9/2025), mata uang garuda ditutup melemah tipis 0,03% di posisi Rp16.415 terhadap dolar AS. Secara intraday rupiah sempat tertekan hingga menyentuh level Rp16.455/US$. Secara kumulatif dalam sepekan, rupiah tercatat mengalami pelemahan sebesar 0,42%.

Lalu, Jumat (5/9/2025) per pukul 09.20 WIB, rupiah mengalami tekanan, melemah 0,10% di level Rp16.409/US$. Perlu dicatat, data rupiah ini diambil dari pasar Non-Deliverable Forward (NDF) karena pada hari Jumat, 5 September 2025, Indonesia sedang dalam libur nasional untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.


(dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Racikan Investasi MI Sambut Kebijakan The Fed, Mana Yang Cuan?