Situasi Sudah Kondusif, Ekonomi RI Siap Melaju Lebih Tinggi

mij, CNBC Indonesia
04 September 2025 16:40
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso memberikan sambutan dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2024 di Jakarta, Kamis (29/2/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso memberikan sambutan dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2024 di Jakarta, Kamis (29/2/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia-Ekonomi Indonesia terjaga di tengah dinamika sosial politik yang berlangsung dalam beberapa waktu terakhir. Pasar saham yang sempat terguncang, dalam waktu singkat kembali pulih.

Hal ini disampaikan Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso kepada CNBC Indonesia, Kamis (4/9/2025)

Pada pembukaan pasar, Senin (1/9/2025) setelah demonstrasi berakhir ricuh, IHSG sempat menyentuh level 7.547,56, turun lebih dari 3%.

Respons cepat pemerintah pada hari sebelumnya, termasuk upaya Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan kepada investor sebelum pasar dibuka membuka pelemahan bisa tertahan.

Memasuki siang hari transaksi kembali ramai dan berhasil ditutup melemah 1,21% di level 7.736,07. "Sempat turun 3% lebih tapi kemudian bisa diredam," ungkap Susiwijono.

Keesokan harinya Selasa (2/9/2025) ditutup menguat 0,85% di level 7.801,58. Penguatan ini berhasil mematahkan pelemahan IHSG selama dua hari beruntun dan meninggalkan level psikologis 7.700 dan menutup selisih yang tercipta pada perdagangan dua hari sebelumnya.

Nilai transaksi saham mencapai Rp 16,38 triliun yang melibatkan 36 miliar saham dalam 2 juta kali transaksi. Adapun 576 saham tercatat menguat, 126 melemah dan 101 lainnya saham stagnan. Investor asing masih mencatat net sell sebesar Rp 331,2 miliar.

Begitu juga pada perdagangan Rabu (3/9/2025) ditutup menguat 1,08% di level 7.885,86. Penguatan ini berhasil memperpanjang kenaikan IHSG selama dua hari beruntun, sementara dalam perdagangan intraday sempat menyentuh level psikologis 7.900.

"IHSG dengan cepat pulih," ujarnya.

Nilai tukar rupiah berada dalam tren penguatan pada periode tersebut. Dolar Amerika Serikat (AS) sempat menyentuh level Rp13.000-an.

Selain kebijakan moneter yang ditempuh oleh Bank Indonesia (BI), penguatan rupiah juga didukung oleh kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang mulai menunjukkan dampak positif sejak diberlakukan pada Maret 2025.

Eksportir menempatkan dana hasil ekspor di dalam negeri sehingga memberikan pengaruh pada likuiditas dolar AS di pasar keuangan. "Rupiah juga menguat," terang Susiwojono.

Susiwojo menegaskan, ekonomi nasional secara fundamental berada dalam kondisi baik, turut mendorong kepercayaan investor. Ekonomi mampu tumbuh 5,12% pada kuartal II-2025, didorong oleh peningkatan investasi yang signifikan khususnya di wilayah yang memiliki Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Inflasi terjaga pada 2,31% secara year on year per Agustus 2025, mendorong ketahanan daya beli masyarakat Indonesia. Neraca perdagangan juga melanjutkan tren surplus 62 bulan beruntun.

Momentum pertumbuhan ekonomi diyakini akan terus berlanjut ke depan. Terlihat dari PMI manufaktur yang mencapai 51,5 pada Agustus 2025 atau mengalami ekspansi. Laju ekspansi ini adalah yang pertama dalam lima bulan setelah PMI terkontraksi empat bulan beruntun sebelumnya. "PMI manufaktur tidak hanya ekspansif tapi sangat tinggi," tegasnya.

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) terakhir pada 19-20 Agustus 2025, BI memutuskan untuk menurunkan BI-Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5%. Bersamaan dengan itu, suku bunga Deposit Facility turun menjadi 4,25% dan suku bunga Lending Facility menjadi 5,75%. "Kita lihat ke depannya ekonomi akan terus tumbuh lebih baik," kata Susiwojono.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Dibuka Naik 0,21%, Kembali Uji Level 7.200

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular