Mau Tau Valuasi Saham Bank Murah atau Mahal? Begini Caranya

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Selasa, 26/08/2025 13:05 WIB
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia — Saham emiten perbankan menjadi salah satu pemimpin sektor di pasar modal Indonesia. Biasanya saham emiten perbankan akan duluan bangkit, setelah terjadi keterpurukan, sehingga, beli saham perbankan saat murah bisa menjadi strategi jitu untuk mendapatkan return yang terbilang aman.

Nah, cara untuk mengetahui kapan emiten perbankan dikatakan murah adalah dengan cara menghitung nilai atau valuasi saham emiten perbankan. Bagaimana caranya?

Membandingkan harga saham dengan nilai buku (price to book value/PBV) bisa menjadi satu alat investor untuk menilai suatu bank mahal atau murah.


Khusus saham-saham perbankan lebih umum menggunakan valuasi PBV dibandingkan dengan metode menghitung price to earnings ratio atau PER. Penyebabnya adalah laba perbankan yang lebih mudah berayun dalam variasi besar dari satu kuartal ke kuartal berikutnya akibat operasi perbankan yang kompleks sehingga valuasi PER akan bias.

Saat menggunakan nilai buku per saham, valuasi mengacu pada ekuitas yang memiliki fluktuasi yang lebih rendah sehingga memberikan pengukuran valuasi yang lebih stabil.

PBV didapatkan dari harga dibagi dengan nilai buku. Nilai buku sendiri adalah nilai ekuitas dibagi dengan setiap lembar saham yang beredar di pasar. Nilai buku akan menunjukkan berapa besar nilai yang akan diterima saat terjadi likuidasi.

Setelah mendapat PBV, untuk menentukan saham murah atau mahal adalah dibandingkan dengan perusahaan sejenisnya. Maksud dari sejenis adalah berada dalam satu sektor, operasional bisnis yang sama, dan skala yang sama. Skala bisa diukur dari jumlah aset jika perbankan atau juga dengan kelompok bank berdasarkan modal inti (KBMI).

PBV yang lebih kecil menandakan lebih murah, artinya lebih baik dibandingkan dengan bank sejenis yang PBV lebih besar.

Selain itu juga bisa dibandingkan dengan rata-rata PBV tahun sebelumnya. Untuk memudahkan bisa menggunakan PBV band yakni grafik PBV yang terbentuk dari perjalanan PBV dalam rentang tahun tertentu.

Adapun menilai suatu saham bisa menggunakan valuasi. Valuasi sendiri ada berbagai macam, yakni absolut dan relatif. Adapun yang termasuk valuasi absolut adalah dividend discount model (DDM) dan discounted cash flow (DCF). Sedangkan relatif adalah membandingkan potensi perusahaan dengan perusahaan sejenis. Biasanya valuasi relatif menggunakan price to earnings (PER) atau price to book value (PBV).

Investor ritel cenderung menggunakan valuasi relatif dibandingkan absolut karena lebih mudah untuk mengetahui nilai suatu saham dan lebih mudah dihitung.


(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Terobosan IIF Dorong Pembiayaan Infrastruktur Berkelanjutan