
Saham CDIA Prajogo Pangestu Ambruk Lagi, OTW ARB Berjilid-jilid?

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten infrastruktur milik Konglomerat Prajogo Pangestu, Chandra Daya Investasi (CDIA), kembali terkoreksi dalam selama dua hari beruntun sejak melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) awal bulan ini.
Pada penutupan perdagangan hari ini, Kamis (31/7/2025), saham CDIA kembali ambruk 10% atau menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) ke Rp 1.485 per saham dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp 185,37 triliun.
Meski mengalami koreksi dalam dua hari beruntun, saham emiten yang tergabung dalam Grup Barito ini tercatat masih membukukan kenaikan harga saham hingga 680% sejak pertama melantai di bursa dan ditawarkan di harga Rp 190 per saham kala IPO.
Saham CDIA sendiri diketahui telah dua kali perdagangannya ditangguhkan oleh Bursa akibat kenaikan harga yang tajam. Sejak hari Jumat (25/7/2025) saham CDIA resmi diperdagangkan di papan pemantauan khusus BEI. Perdagangan di papan tersebut akan berlangsung selama tujuh hari perdagangan atau hingga Senin pekan depan.
Saham CDIA yang terus menerus melesat sejak IPO mulai kehilangan tenaga sejak diperdagangkan lewat mekanisme call auction. Pada perdagangan Jumat, saham CDIA masih mampu menyentuh batas auto rejection atas (ARA), kemudian pada hari Senin (28/7/2025) ditutup stagnan dan kemarin untuk pertamanya terkoreksi, dab berakhir menyentuh batas auto rejection bawah (ARB).
Jajaran Direksi Borong Saham
Sebelumnya, jajaran direksi emiten infrastruktur milik Prajogo Pengestu, Chandra Daya Investasi (CDIA), diketahui secara agresif kembali membeli saham perusahaan yang tergabung dalam Grup Barito tersebut.
Terbaru, dua direktur CDIA yakni Merly dan Agus Lukmanul Hakim masing-masing memborong 4 juta dan 1,5 juta saham perusahaan di harga Rp 1.290 per saham. Adapun transaksi saham Merly terjadi pada 24 Juli 2025, sedangkan Agus pada 25 Juli 2025.
Secara nominal Merly merogoh kocek Rp 5,16 miliar, sedangkan Agus mengeluarkan Rp 1,93 miliar dan menggunakan harga penutupan hari ini di Rp 1.650 per saham. Adapun saham yang dibeli oleh dua Direktur CDIA tersebut merupakan saham biasa dengan tujuan investasi dan dimiliki secara langsung.
Pembelian memperpanjang aksi borong saham oleh jajaran direksi dan komisaris perusahaan. Tercatat hingga saat ini hanya ada satu Direktur CDIA yang belum membeli saham. Sebaliknya, baru satu dari enam komisaris yang namanya telah terungkap di KSEI yang diketahui telah memborong saham CDIA.
Sebelum pengungkap yang terbaru ini, Komisaris CDIA Andre Khor Kah Hin memborong saham emiten tersebut sebanyak 4,25 juta lembar. Transaksi tersebut dilakukan pada 21 Juli 2025 pada harga Rp 1.050. Dengan demikian nilai transaksi tersebut diperkirakan senilai Rp 4,46 miliar.
Andre juga diketahui memborong 15 juta saham CDIA pada 18 Juli dengan harga Rp 800 per saham atau merogoh kocek Rp 12 miliar.
Sebelumnya lagi, dua Direksi Chandra Daya Investasi (CDIA) mengumumkan pembelian total 10.000.000 lembar saham perusahaan. Pembelian tersebut dilaksanakan pada tanggal 17 Juli 2025 dan dieksekusi di harga Rp 800 per saham.
Dalam keterangannya di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia Presiden Direktur (Presdir) CDIA Fransiskus Ruly Aryawan mengumumkan membeli 5.000.000 saham CDIA dengan harga Rp 800 per saham. Artinya dirinya merogoh kocek Rp 4 miliar. Diketahui sebelum transaksi ini Fransiskus tidak memiliki saham CDIA dan setelahnya porsi kepemilikan dirinya adalah sebesar 0,004%.
Senada, Direktur CDIA lainnya Jonathan Kandinata juga membeli 5.000.000 saham CDIA di harga yang sama dan kepemilikannya pasca transaksi juga menjadi 0,004%.
Keduanya mengumumkan pembelian saham biasa tersebut bertujuan untuk investasi dengan kepemilikan langsung dan bukan merupakan bagian dari pengendali perusahaan.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Naik 700%, BEI Gembok Lagi Perdagangan Saham CDIA
