
Korporasi Tahan Ekspansi, Kredit Kian Seret!

Jakarta, CNBC Indonesia — Pertumbuhan kredit korporasi perbankan melambat pada paruh pertama tahun ini. Data Bank Indonesia (BI) mencatat, kredit korporasi tumbuh 10,6% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp4.373,4 triliun per Juni 2025, turun dari 11,6% pada bulan Mei 2025.
Sementara itu, tabungan korporasi terpantau meningkat tinggi. Berdasarkan sumber yang sama, dana pihak ketiga (DPK) korporasi tercatat tumbuh double digit 12,2% yoy menjadi menjadi Rp4.396,6 triliun pada bulan Juni. Pertumbuhan itu jauh melampaui sebulan sebelumnya sebesar 7,7% yoy.
Padahal kredit korporasi menjadi satu sumber pertumbuhan utama kredit pada tahun ini. Pasalnya kredit yang disalurkan kepada perorangan terbilang seret tahun ini.
Seiring dengan hal tersebut, pertumbuhan total kredit yang disalurkan perbankan juga ikut melambat. Pada periode yang sama, kredit bank tumbuh 7,6% yoy, lebih kecil dibandingkan bulan sebelumnya 8,1% yoy.
Para bankir kompak menilai kondisi ini terjadi lantaran para korporasi sedang memasang sikap hati-hati dalam melakukan ekspansi bisnis. Para perusahaan menimbang gejolak ekonomi global dan domestik yang tak kunjung mereda tahun ini.
Menurut Presiden Direktur CIMB Niaga, Lani Darmawan saat ini korporasi tengah menahan investasi baru selagi melihat perkembangan situasi ekonomi. Belum lagi dengan lemahnya daya beli masyarakat dalam negeri.
"Saat ini banyak pelaku usaha untuk menunda investasi baru karena lebih memilih wait and see sehubungan dengan situasi kondisi ekonomi yang masih banyak ketidakpastian, di tengah daya beli masyarakat domestic yang rendah," kata Lani kepada CNBC Indonesia, Selasa (22/7/2025).
PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) juga merasakan pertumbuhan kredit korporasi melambat. Direktur Kepatuhan OK Bank, Efdinal Alamsyah mengatakan kredit korporasi di bank milik OK Next Korea Selatan itu mencatatkan pertumbuhan 5% sepanjang tahun ini atau year to date (ytd).
Menurutnya, perlambatan itu disebabkan oleh beberapa faktor. Seperti sikap korporasi yang menahan ekspansi atau karena faktor suku bunga yang relatif masih tinggi.
"Bisa juga disebabkan dari sisi bank yang lebih selektif dalam memberikan kredit karena tingginya biaya dana dan menghindari terjadinya risiko NPL (non-performing loan), sehingga memilih menempatkan dana pada instrumen yang beresiko lebih rendah," terang Efdinal kepada CNBC Indonesia, Selasa (22/7/2025).
Sementara itu, beberapa bank masih mampu mencatatkan pertumbuhan yang lebih stabil pada kredit korporasi. Namun, para bankir tidak menampik bahwa korporasi memang sedang memasang mode hati-hati.
Presiden Direktur PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII), Steffano Ridwan mengungkapkan kredit korporasi secara keseluruhan tumbuh stabil di semester I 2025 dibanding setahun sebelumnya. Namun, segmen korporasi besar mampu tumbuh 32% yoy.
Steffano menguraikan, korporasi menahan ekspansi karena melihat situasi geopolitik, ketidakpastian dari kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, kondisi likuiditas pasar ketat, serta menurunnya daya beli konsumer sepanjang paruh pertama tahun ini (H1).
"Ini semua membuat banyak korporasi besar menunda investasi ataupun ekspansinya dulu di H1, dan karena ini juga kredit korporasi di H1 Agak menurun," kata Steffano kepada CNBC Indonesia, Rabu (23/7/2025).
Dengan sudah ada kesepakatan tarif antara Indonesia dan AS, penurunan suku bunga acuan BI Rate dan meredanya perang Iran-Israel, ia mengatakan korporasi seharusnya lebih optimis untuk berekspansi di semester II-2025. Steffano mengatakan kredit korporasi juga diharapkan akan tumbuh lebih pesat di paruh kedua tahun ini.
PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) atau KB Bank juga mencatatkan pertumbuhan kredit korporasi yang stabil hingga akhir semester I-2025, mendekati 25% yoy, sedangkan tabungan korporasi tumbuh sekitar 15% hingga 16% yoy.
Wakil Direktur Utama KB Bank, Robby Mondong mengatakan salah satu pendorong utamanya adalah Korean Link Business, ciri khas KB Bank sebagai bagian dari KBFG, institusi keuangan terbesar di Korea Selatan. Namun, ia mengakui bahwa perusahaan tengah menahan ekspansi.
"Secara umum, tren perlambatan kredit korporasi memang mencerminkan sikap kehati-hatian pelaku usaha dalam merespons kondisi pasar," katanya kepada CNBC Indonesia, Kamis (24/7/2025).
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dunia Penuh 'Gebrakan', RI Harap Pasang Status Waspada
