
Ada Prajogo & Hartono, Saham Ini Lompat Puluhan Persen Dalam Dua Pekan

Jakarta, CNBC Indonesia — PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) kedatangan dua investor kakap baru, yakni PT Dwimuria Investama Andalan dan PT Chandra Asri Pasific Tbk (TPIA).
Dwimuria Investama adalah kendaraan investasi Djarum Group, sedangkan TPIA adalah bagian dari Barito Group milik Prajogo Pangestu.
Mengutip data pasar, Dwimuria Investama mengantongi 247.992.700 saham SSIA per 4 Juli 2025. Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterbukaan mengenai nilai dan tujuan transaksi
Dengan asumsi harga penutupan pada saat transaksi tersebut berlangsung, Grup Djarum menggelontorkan sekitar Rp 424 miliar untuk melancarkan aksi korporasi tersebut.
Transaksi yang dibidani oleh BCA Sekuritas tersebut membuat perusahaan di bawah kendali duo Hartono, Robert Budi Hartono dan Bambang Hartono menjadi pemegang 5,27% saham SSIA.
Kemudian Djarum menambah tebal kepemilikan di Surya Semesta. Dwimuria menyerok 2.104.600 saham, sehingga kepemilkannya naik dari 5,83% menjadi 5,89% per 15 Juli 2025.
Pada hari yang sama PrajogoPangestu terpantau masuk ke saham Surya SemestaInternusa melalui Chandra AsriPasific.TPIA membeli 284,85 juta saham SSIA. Dengan demikian TPIA kini menggenggam 6,05% saham SSIA.
Tidak diketahui tujuan dan nilai transaksi tersebut. Akan tetapi jika mengacu pada harga penutupan SSIA pada tanggal transaksi tersebut, TPIA diperkirakan merogoh kantong senilai Rp 780,48 miliar.
Pada hari yang sama juga, Henan Putihrai Asset Management melepas 10 juta saham SSIA. Alhasil saham Surya Semesta di kantong Henan Putihrai Asset tersisa 270,98 juta setara 5,76%.
Adapun sejak Hartono masuk, SSIA sudah naik 36,66%. Lalu setelah Prajogo masuk, saham SSIA bertambah kuat 17,6%. Dengan demikian sejak 4–17 Juli 2025, saham SSIA sudah lompat 54,84%.
Sementara itu, mengutip laporan keuangannya, kinerja keuangan SSIA hingga kuartal I tahun 2025 masih merugi, tetapi berangsur membaik. Perseroan membukukan rugi bersih konsolidasian sebesar Rp21,7 miliar dibandingkan rugi bersih sebesar Rp14,9 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Padahal, pendapatan SSIA hingga kuartal I tahun ini turun dari Rp 1,09 triliun menjadi Rp 1,06 triliun. Kemudian, beban perseroan juga naik menjadi Rp 868,7 miliar dari sebelumnya Rp 784,6 miliar. Dengan demikian, laba kotor SSIA turun 35% menjadi Rp 199,4 miliar dari sebelumnya Rp 306,9 miliar.
Dari pos beban, beban penjualan turun menjadi Rp 16,4 miliar, beban umum dan administrasi naik jadi R 176,7 miliar, beban lainnya turun jadi Ro 10,8 miliar. Namun penghasilan lainnya naik Rp 60,5 miliar dari sebelumnya Rp 16,6 miliar. Sehingga laba usaha naik jadi Rp 56,07 miliar dari sebelumnya Rp 91,8 miliar.
Selanjutnya, dikurangi laba sebelum pajak penghasilan yang turun menjadi Rp 6,1 miliar dari sebelumnya Rp 9,8 miliar dan manfaat pajak penghasilan yang sebesar Rp 3,19 miliar dari sebelumnya membebani Rp 8,37 miliar, maka laba periode berjalan hingga kuartal I menjadi Rp 9,37 miliar dari sebelumnya yang hanya Rp 1,51 miliar.
Adapun total aset SSIA hingga kuartal I tahun ini mencapai Rp 10,74 triliun dibandingkan akhir tahun 2024 yang sebesar Rp 10,36 triliun.
Posisi likuiditas SSIA tetap kuat dengan kas sebesar Rp2.196,0 miliar, serta pengelolaan keuangan yang hati-hati dengan rasio utang terhadap ekuitas sebesar 12,6% yang terus menopang stabilitas dan potensi pertumbuhan Perseroan.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Emiten Prajogo (TPIA) Mau Buyback Saham Rp2 T, Bakal Tanpa RUPS
