Wall Street Kembali Cetak Rekor, Bursa Asia Bergerak Galau

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
04 July 2025 08:40
Orang-orang mengendarai sepeda di depan papan saham elektronik yang menunjukkan indeks Nikkei Jepang di sebuah perusahaan sekuritas pada hari Selasa, 9 Juli 2024, di Tokyo. Saham-saham Asia sebagian besar menguat pada hari Selasa setelah indeks acuan Wall Street mencapai lebih banyak tonggak sejarah. (AP/Eugene Hoshiko)
Foto: Orang-orang mengendarai sepeda di depan papan saham elektronik yang menunjukkan indeks Nikkei Jepang di sebuah perusahaan sekuritas pada hari Selasa, 9 Juli 2024, di Tokyo. Saham-saham Asia sebagian besar menguat pada hari Selasa setelah indeks acuan Wall Street mencapai lebih banyak tonggak sejarah. (AP/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdagangan pasar Asia-Pasifik dibuka beragam pada hari Jumat (4/7/2025), setelah Wall Street kembali mencetak rekor. Pasar modal Amerika Serikat (AS) bergerak menguat karena laporan pekerjaan yang lebih baik dari perkiraan, yang meredakan kekhawatiran investor akan perlambatan ekonomi negeri Paman Sam.

Melansir CNBC International, indeks acuan Nikkei 225 Jepang datar, sedangkan indeks Topix yang lebih luas naik 0,15%.

Di Korea Selatan, indeks Kospi turun 0,56% sementara Kosdaq berkapitalisasi kecil turun 0,8% dan di Australia, S&P/ASX 200 naik 0,21%. 

Kontrak berjangka untuk indeks Hang Seng Hong Kong berada di 23.991, menunjukkan pembukaan yang lebih rendah dibandingkan dengan penutupan terakhir HSI di 24.069,94.

Semalam di AS, indeks S&P 500 berbasis luas dan Nasdaq Composite yang sarat teknologi mencapai rekor tertinggi baru, menyusul rilis laporan pekerjaan yang lebih baik dari perkiraan. S&P 500 naik 0,83% dan ditutup pada level 6.279,35, sementara Nasdaq naik 1,02% dan ditutup pada level 20.601,10.

Dow Jones Industrial Average naik 344,11 poin, atau 0,77%, dan ditutup pada level 44.828,53.

Data terbaru menunjukkan non-farm payrolls meningkat sebanyak 147.000 pada Juni. Angka ini melampaui perkiraan ekonom Dow Jones yang memperkirakan kenaikan sebesar 110.000, dan juga lebih tinggi dari revisi naik pada Mei sebesar 144.000. Tingkat pengangguran juga turun menjadi 4,1%, berbanding terbalik dengan proyeksi ekonom yang memperkirakan kenaikan menjadi 4,3%.

Laporan pekerjaan yang kuat ini juga memicu lonjakan imbal hasil obligasi Treasury dan mengurangi ekspektasi bahwa bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed)akan segera menurunkan suku bunga.

Menurut alat FedWatch dari CME Group, para pelaku pasar kini memperkirakan kemungkinan 95% bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga tetap pada pertemuan akhir bulan ini.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret Wall Street-Bursa Asia Rontok Terkena Dampak Tarif Trump

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular