Suasana acara CNBC Indonesia Investment Forum 2025 dengan tema "Strategi Perkuat Pasar Keuangan di Era Perang Dagang" di Jakarta, Jumat (16/5/2025) kemarin. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
CNBC Investment Forum 2025, yang merupakan forum strategis yang membahas langkah konkret dalam memperkuat pasar keuangan nasional di tengah eskalasi perang dagang global. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Forum ini menghadirkan pemangku kepentingan dari regulator, industri keuangan, dan investor untuk mendalami tantangan eksternal dan merumuskan strategi menjaga stabilitas serta daya tarik pasar Indonesia. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Dalam acara tersebut, Ketua Komisi XI DPR RI, Mukhamad Misbakhun menyampaikan paparan salah satunya era kepimimpinan Presiden Donald Trump di Amerika Serikat, semua pelaku pasar harus terbiasa dengan ketidakpastian. Hal ini salah satunya ditandai dengan 'perang dagang jilid II' yang terjadi akibat kebijakan tarif respirokal. "Ketidakpastian sekarang di era Trump di dalam kepimpinan baru yang pasti adalah ketidakpastian dan ketidakpastian ini keniscayaan baru dalam leadership bapak-bapak (pelaku pasar dan pengambil keputusan) yang senior," kata Misbakhun dalam Investment Forum 2025. (CNBC Indonesi/Faisal Rahman)
Menanggapi hal tersebut, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu takut atau ragu menabung di perbankan. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Menurut Purbaya, LPS juga kini telah mengembangkan early warning system untuk memantau dan mengantisipasi risiko yang berpotensi mengganggu stabilitas perbankan dan perekonomian nasional. Langkah tersebut diharapkan dapat memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dalam menjaga stabilitas ekonomi dan pembangunan nasional. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Pada sesi kedua acara tersebut menghadirkan sejumlah narasumber seperti kiri-kanan; Direktur Perdagangan & Pengaturan Anggota Bursa PT Bursa Efek Indonesia, Irvan Susandy, Ketua Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI), Adi Indarto Hartono dan Direktur Pengaturan dan Standar Akuntansi Pasar Modal OJK, Halim Haryono. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
