Gara-Gara OPEC+, Harga Minyak Makin Mendidih Habis Naik Nyaris 3%!

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
Selasa, 05/11/2024 10:05 WIB
Foto: Kapal tanker minyak mentah LOS ANGELES SPIRIT Bahama digambarkan saat transit di kanal yang diperluas melalui Cocoli Locks di Terusan Panama, di pinggiran Panama City, Panama 10 Maret 2023. (REUTERS/ARIS MARTINEZ)

Jakarta, CNBC Indonesia -Harga minyak mentah terpantau makin mendidih setelah OPEC+ memutuskan menahan produksi sampai Desember 2024.

Melansir Refinitiv, pada perdagangan Senin kemarin (4/11/2024) harga minyak mentah kompak melesat. Jenis Brent ditutup di US$ 75,08 per barel, menguat 2,71% dalam sehari, jenis West Texas Intermediate (WTI) juga mengikuti dengan melesat 2,85% ke posisi US$ 71.47 per barel.

Beralih pada hari ini, Selasa (5/11/2024) harga minyak masih terpantau menghijau sampai pukul 09.45 WIB. Jenis Brent dan WTI tercatat masih menguat di kisaran masing-masing 0,17%.


Penguatan harga minyak ditopang oleh keputusan OPEC+ untuk menunda rencana peningkatan produksi sampai Desember 2024. Sementara investor juga fokus pada pemilihan presiden Amerika Serikat (AS).

OPEC+ mengumumkan akan memperpanjang pemangkasan produksi sebanyak 2,2 juta barel per hari (bph) sampai sebulan penuh pada Desember. Keputusan ini memudarkan kesepatan sebelumnya yang mengatakan hanya akan sampai Oktober.

Namun, karena permintaan masih lemah dan harga cenderung loyo, aliansi dari negara-negara produksi minyak ini, OPEC+ memutuskan untuk menunda produksi dulu guna menjaga harga tidak semakin turun akibat kenaikan supply

Di sisi lain, tekanan politik kian panas menjelang beberapa jam lagi pemilu AS akan dimulai untuk menentukan siapa Presiden yang akan menjabat lima tahun ke depan, sekaligus siapa partai yang akan kembali menguasai DPR.

Tak hanya itu, investor juga mencermati setiap peningkatan ketegangan di Timur Tengah.

Melansri portal berita AS, Axios mengatakan intelijen Israel mengisyaratkan Iran sedang bersiap untuk menyerang Israel dari Irak dalam beberapa hari dari sumber Israel yagn tak disebutkan namanya.

Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial mengatakan "Ketegangan di Timur Tengah kembali menjadi sorotan karena traders menunggu serangan balasan Iran,"

CNBC INDONESIA RESEARCH


(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Iran-Israel Bikin Harga Komoditas Naik, RI Diuntungkan?