
Suku Bunga Acuan Turun, Perbankan Masih Was-Was Dengan Kondisi Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Meskipun suku bunga acuan dan domestik telah dipangkas, likuiditas masih menjadi perhatian bagi perbankan RI. Ini seiring dengan meningkatnya permintaan pembiayaan di industri perbankan.
Seperti diketahui, bank sentral AS Federal Reserve, untuk pertama kalinya dalam 4 tahun terakhir telah memotong tingkat suku bunganya, Fed Fund Rate (FFR) sebesar 50 basis poin (bps) ke range baru di 4,75%-5%. Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) telah lebih dulu memangkas suku bunga acuannya menjadi 6%
Sementara itu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) perbankan naik dari 86,51% di bulan Juli menjadi 86,80% di bulan Agustus. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pun memutuskan untuk menahan tetap mempertahankan tingkat bunga penjaminan (TBP) pada level 4,25% untuk tabungan berdenominasi rupiah di bank umum untuk periode 1 Oktober 2024 sampai dengan Januari 2025.
Ketua Dewan Komisioner (DK) LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan masih membutuhkan waktu bagi bank sentral untuk transmisi dari penurunan suku bunga acuan global dan domestic.
Meskipun ada beberapa bank yang sudah mulai memangkas suku bunga depositonya. Seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang menurunkan suku bunga deposito sebesar 25 bps untuk tenor 3 bulan, menjadi 3%.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Darmawan Junaidi mengatakan sebagian besar kredit yang disalurkan bank pelat merah itu menggunakan suku bunga referensi atau reference rate. Maka, bunga kredit di bank pelat merah itu sebagian besar sudah turun.
"Transmisinya kan, sebagian besar dari kredit kita reference rate, jadi sudah pasti turun. Reference plus margin jadi udah pasti turun. Rates-nya turun, dia [SBDK Bank Mandiri] turun," ujar Darmawan saat ditemui di Plaza Mandiri, Senin (30/9/2024) lalu.
Ia mengatakan untuk debitur baru, bunga kreditnya langsung turun mengikuti reference rate. Namun, untuk debitur lama yang fixed rate akan mengikuti kontraknya. Sedangkan untuk suku bunga deposito, bakal turun mengikuti program deposito yang baru dari Bank Mandiri.
Sebelumnya, Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Eka Fitria mengatakan bahwa menurunnya suku bunga acuan dan global memang bakal memberikan dampak yang positif, namun kondisi likuiditas perbankan juga harus menjadi perhatian.
Kata Eka, dengan jatuh temponya beberapa instrumen di bulan November dan Desember dapat menambah likuiditas. Ditambah dengan akselerasi belanja pemerintah yang terjaga. Dengan begitu, transmisi terhadap penurunan suku bunga kredit dan suku buka deposito bakal terjadi lebih cepat.
Menanggapi aksi bank yang sudah curi start menurunkan suku bunganya, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), Sunarso menyorot bahwa kebutuhan dana untuk penyaluran kredit masih tinggi.
"Tapi kemudian lihat sekarang LDR nasionalnya kan naik juga. Jadi itu kan artinya apa? Di pasar kan ada kebutuhan untuk mencari dana tambahan. Karena LDRnya juga naik sekarang udah menjadi 86% di pasar ya," ujar Sunarso saat ditemui di Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat, Selasa (8/10/2024).
Ia mengungkapkan transmisi pemangkasan suku bunga acuan global dan domestik ke suku bunga dasar kredit (SBDK) dan suku bunga deposito di bank pelat merah tersebut dapat dimulai pada akhir tahun ini. Menurut Sunarso, transmisi penurunan suku bunga bergantung pada komposisi dana bank yang mengikuti tenor. Kata dia, pihaknya harus melihat tenor dari dana yang dihimpun BRI sampai kapan.
"Tapi biasanya tenornya nggak panjang-panjang. Jadi kalau misalnya tenornya bulanan berarti ya butuh waktu satu bulan Tapi kalau mayoritas dulu sudah dikunci apa namanya mungkin enam bulan sampai satu tahun, ya terpaksa penyesuaiannya itu sampai itu," jelas Sunarso.
Ia mengatakan di BRI rata-rata tenornya pendek. Maka dari itu, bank pelat merah yang fokus pada sektor UMKM itu sudah bisa memangkas suku bunganya sebentar lagi.
"Saya pikir akhir tahun ini sudah bisa [turun]. Apalagi kalau disusul lagi nanti ada cut rate lagi gitu," tandas Sunarso.
Menurut Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Royke Tumilaar, transmisi penurunan suku bunga acuan akan sangat dipengaruhi oleh penurunan bunga dari Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Pada lelang terakhir di 4 Oktober 2024, Bank Indonesia (BI) mencatat SRBI masih menawarkan imbal hasil 6,83% untuk tenor 12 bulan. Ini masih di atas angka lelang perdananya yang sebesar 6,42% pada September 2023 lalu.
Royke mengatakan BNI bakal melihat mempertimbangkan kondisi likuiditas dalam menurunkan suku bunga dasarnya. Ia memproyeksikan pemangkasan itu baru dapat dilakukan di kuartal II tahun depan.
"Kita akan lihat kondisi likuiditas pasar. Kemungkinan [penurunan SBDK dan suku bunga deposito di triwulan II-2025," kata Royke saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (10/10/2024).
Bukan tanpa sebab, LDR BNI saat ini sudah amat ketat. Royke mengungkapkan saat ini LDR bank pelat merah itu berada di kisaran di atas 90%.
Berbicara mengenai simpanan, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. (BTPN) mengakui bahwa terjadi tantangan dalam penghimpunan deposito. Walaupun, Wakil Direktur Utama BTPN Darmadi Sutanto mengatakan pertumbuhan tabungan di bank milik SMBC itu masih terjaga.
Ia menyebut, penyebabnya adalah banyaknya bank yang menawarkan suku bunga tinggi, guna menghimpunan dana masyarakat.
"Tapi secara funding balance, kita masih grow sih. Masih stable. Di tabungannya nggak [turun]. Tantangan di deposito. Bunga tinggi orang kabur aja kalau orang lain ngasih bunga tinggi. Sekarang banyak bank lagi ngasih bunga tinggi-tinggi semua kan. Saya juga bingung. Jadi itu yang bikin tantangan kita," kata Darmadi saat ditemui di SEIA Restaurant, Jakarta Pusat, Rabu (9/10/2024).
"Saya pikir memang semua orang lagi mencari likuiditas. Ini bank-bank besar nih. Saya nggak ngomong bank kecil nih. Bank-bank besar, kan. Membeli bunga-bunga tinggi. Tentu saja mereka membutuhkan likuiditas. Terutama yang di foreign currency (valuta asing)".
(ayh/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bunga Tinggi & Ekonomi Global Tak Bikin Gentar Bankir RI, Ini Sebabnya