Semakin Dekat Rilis Inflasi AS, Tantangan Rupiah Belum Usai!
Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan rupiah kemarin Rabu (9/10/2024) terpantau mulai menguat dibandingkan dolar Amerika Serikat (AS). Namun, mata uang Garuda masih menghadapi tantangan pada hari ini (10/10/2024) lantaran ada data genting AS yang mempengaruhi seperti risalah the Fed sampai penantian rilis inflasi.
Melansir Refinitiv, pada penutupan perdagangan kemarin rupiah terpantau menguat terhadap dolar AS sebesar 0,16% ke angka Rp15.615/US$.
Penguatan rupiah kali ini juga didukung oleh harapan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) AS akan terus melandai, sehingga menurunkan tekanan terhadap kebijakan suku bunga yang lebih ketat.
Inflasi yang melandai dapat memperkuat asumsi bahwa bank sentral AS (The Fed) melanjutkan kebijakan pelonggarannya.
Pada malam hari ini, AS akan merilis data IHK dan IHK Inti (di luar makanan dan energi) yang akan menjadi penantian pelaku pasar.
Angka IHK AS pada September atau akhir kuartal tiga ini diperkirakan akan kembali mereda, memberikan kepastian bagi Fed yang semakin fokus pada perlindungan pasar tenaga kerja
Dibandingkan tahun sebelumnya, IHK kemungkinan naik 2,3%, penurunan keenam berturut-turut dan yang terendah sejak awal 2021. Indikator yang tidak termasuk kategori makanan dan energi yang volatile, memberikan gambaran lebih baik tentang inflasi yang mendasari, diproyeksikan naik 0,2% dari bulan sebelumnya dan 3,2% dari September 2023.
Semalam the Fed juga memberikan risalah mengenai pandangannya terhadap prospek pemangkasan suku bunga. Mengutip risalah tersebut, pejabat The Fed pada pertemuan September lalu sepakat untuk memangkas suku bunga 50 basis poin (bps) menjadi 4,75-5,0%. Namun, The Fed tidak yakin seberapa agresif langkah yang harus diambil. Mereka akhirnya memutuskan untuk mengurangi suku bunga sebesar setengah poin persentase dalam upaya untuk menyeimbangkan kepercayaan terhadap inflasi dengan kekhawatiran mengenai pasar tenaga kerja.
Ringkasan pertemuan tersebut merinci alasan mengapa para pembuat kebijakan memutuskan untuk menyetujui pemangkasan suku bunga besar-besaran sebesar 50 bps untuk pertama kalinya dalam lebih dari empat tahun, dan menunjukkan adanya perbedaan pendapat di antara anggota mengenai prospek ekonomi.
Beberapa pejabat berharap untuk pengurangan yang lebih kecil, sebesar 25 bps, karena mereka mencari kepastian bahwa inflasi bergerak turun secara berkelanjutan dan kurang khawatir tentang kondisi pekerjaan.
Akhirnya, hanya satu anggota Komite FOMC, Gubernur Michelle Bowman, yang memilih menolak pemangkasan setengah poin, dengan alasan ia lebih memilih pemangkasan sebesar 25 bps.
Namun, risalah tersebut menunjukkan bahwa yang lain juga lebih mendukung langkah yang lebih kecil. Ini adalah pertama kalinya seorang gubernur menyatakan ketidaksetujuan dalam pemungutan suara suku bunga sejak 2005, di mana Fed dikenal karena kesatuannya dalam kebijakan moneter.
"Beberapa peserta mengamati bahwa mereka lebih memilih pengurangan sebesar 25 bps pada pertemuan ini, dan beberapa lainnya menyatakan bahwa mereka dapat mendukung keputusan tersebut," kata risalah tersebut.
Beralih ke tantangan geopolitik yang masih memanas, ini juga bisa memberikan pengaruh terhadap pergerakan rupiah.
Kelompok perlawanan Islam di Irak melancarkan serangan ke wilayah Israel Selatan pada Rabu (9/10/2024).
"Serangan diluncurkan untuk mendukung rakyat Palestina dan Lebanon," tegas kelompok itu, dikutip dari laman Al-Jazeera.
"Ini sebagai respons terhadap pembantaian yang dilakukan oleh entitas perampas kekuasaan terhadap warga sipil, termasuk anak-anak, wanita, dan orang tua," tegasnya.
Sementara itu, militer Israel melaporkan bahwa angkatan udaranya telah mencegat pesawat nir-awak yang diluncurkan dari timur Rabu pagi. Namun Israel tidak memberikan rincian lainnya.
Sabtu lalu, dua tentara Israel dilaporkan tewas setelah kelompok yang sama meluncurkan drone menargetkan pangkalan militer Israel di Dataran Tinggi Golan. Wilayah itu sendiri merupakan area yang seharusnya di bawah otoritas Suriah namun saat ini diduduki Israel.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal, dalam basis waktu per jam pergerakan rupiah dalam melawan dolar AS terpantau mulai sideways setelah beberapa hari dalam tren pelemahan. Paling dekat potensi penguatan bisa menutup gap up yang sempat terjadi pada 4 Oktober 2024 secara intraday. Posisi tersebut bisa sekaligus support, tepatnya di Rp15.525/US$.
Sementara itu, untuk posisi resistance atau pelemahan terdekat yang patut diantisipasi pelaku pasar ada di Rp15.700/US$ yang didapatkan dari level psikologis secara round number, sekaligus high candle 7 Oktober 2024 secara intraday.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)