Gegara China, Harga Minyak Dunia Longsor

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Kamis, 25/07/2024 09:35 WIB
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah terpantau berbalik ke zona merah pada perdagangan Kamis (25/7/2024), karena kekhawatiran atas lemahnya permintaan di China dan ekspektasi akan mendekati kesepakatan gencatan senjata di Timur Tengah.

Per pukul 09:10 WIB, harga Brent melemah 0,59% ke posisi US$ 81,23 per barel. Sedangkan untuk jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) terkoreksi 0,62% menjadi US$ 77,11 per barel.

Pada perdagangan Rabu kemarin, Brent ditutup terpangkas 0,6% di posisi US$ 81,21 per barel, sedangkan WTI berakhir terdepresiasi 0,62% di US$ 77,1 per barel.


Harga acuan ditetapkan lebih tinggi pada Rabu kemarin, menghentikan penurunan tiga sesi berturut-turut setelah Badan Informasi Energi (EIA) mengatakan persediaan minyak mentah AS turun 3,7 juta barel pada pekan lalu.

Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan penurunan sebesar 1,6 juta barel.

Sementara stok bensin AS turun 5,6 juta barel, dibandingkan ekspektasi analis yang memperkirakan penurunan sebanyak 400.000 barel. Stok sulingan turun 2,8 juta barel dibandingkan ekspektasi kenaikan 250.000 barel.

"Meskipun terjadi penurunan stok minyak mentah dan bensin di AS, investor tetap waspada terhadap melemahnya permintaan di China dan ekspektasi akan majunya perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas menambah tekanan," kata Hiroyuki Kikukawa, presiden NS Trading, salah satu unit Nissan Securities, dilansir dari Reuters.

Tahun ini, impor minyak dan pengoperasian kilang China cenderung lebih rendah dibandingkan tahun 2023 karena lebih rendahnya permintaan bahan bakar di tengah lesunya pertumbuhan ekonomi.

China menjadi importir minyak mentah terbesar di dunia, di mana pada 2023 lalu, Negeri Panda tersebut mengimpor 11,3 juta barel per hari (bph) minyak mentah, sehingga ketika ekonominya cenderung lesu, maka akan mempengaruhi pergerakan harga minyak mentah dunia.

Sementara itu di Timur Tengah, upaya untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata untuk mengakhiri perang di Jalur Gaza antara Israel dan kelompok militan Hamas berdasarkan rencana yang digariskan oleh Presiden AS Joe Biden pada Mei lalu serta dimediasi oleh Mesir dan Qatar telah mendapatkan momentum selama sebulan terakhir.

Pada Rabu kemarin, Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu membuat sketsa garis besar yang samar-samar mengenai rencana "deradikalisasi" Gaza pasca perang dalam pidatonya di depan Kongres AS dan memuji potensi aliansi masa depan antara Israel dan sekutu-sekutu Arab-AS.

"Jika perundingan gencatan senjata di Timur Tengah berhasil, ekuitas AS terus merosot, dan perekonomian China masih lesu, harga minyak bisa turun ke level awal Juni," kata Satoru Yoshida, analis komoditas di Rakuten Securities, dikutip dari Reuters.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Iran-Israel Bikin Harga Komoditas Naik, RI Diuntungkan?